1. Penyebutan Manusia
Berbagai istilah digunakan untuk menunjukkan berbagai aspek kehidupan manusia diantaranya :
1) Aspek Historis penciptaannya,manusia disebut dengan Bani Adam Qs.Al-A’raf 7 : 31.
2) Aspek Biologis,manusia disebut dengan panggilan Basyar,yaitu
mencerminkan sifat-sifat fisik kimia biologisnya Qs.Al-Mukminuun(23 ) :
33.
3) Dari aspek Kecerdasannya manusia disebut Insan, yakni makhluk terbaik
yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan Qs.Ar-Rahmaam
( 55 ) : 3-4.
4) Dari aspek Sosiologisnya manusia disebut An-Nas, yang menunjukkan sifatnya berkelompok sesama jenisnya.
5) Aspek Posisinya, Abdun ( hamba ),yakni sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada Nya.
2. Aspek Historis Penciptaannya
Al-Quran tidak merinci secara kronologis penciptaan manusia menyangkut
waktu dan tempatnya, namun Al-Quran menjelaskan titik-titik penting :
dari titik manakah kehidupan itu bermula, ayat-ayat Al-Quran menegaskan
bahwa asal-usul manusia ( bersifat ) air, Qs.Al-Anbiya’( 21 ) : 30.
Asal-usul kehidupan hewan Qs. An-Nur ( 24 ) : 45.
3. Komponen Biologis
Komponen –komponen pembentuk manusia :
1) Turaab,yaitu tanah gemuk, Qs.Kahfi ( 18 ) : 37.
2) Tiin, yaitu tanah lempung Qs.Sajdah ( 32 ) : 4
3) Tiinul Lazib, tanah lempung yang pekat Qs. As.Saffat ( 37 ) :8.
4) Salsaalun, lempung yang dikatakan Kalfakhkhar ( seperti tembikar ).
5) Salsalun min humain masnuun ( lempumg dari lumpur yang dicetak/diberi bentuk Qs.Al-Hijr ( 15 ) : 26.
6) Sulalatun min tiin, sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang dasarikan dari sesuatu yang lain.
7) Air, yang dianggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan Qs.Al-Furqan (25):45.
4. Reproduksi Keberadaan
Asal usul manusia dilihat dari sisi reproduksinya banyak sekali dijelaskan
Al-Qur’an misalnya: Manusia berasal dari Nutfatam (nutfatam min maniyyin yumna) atau setetes sperma yang ditumpahkan.
Nutfah, berarti sejumlah sangat kecil yang sering diartikan sebagai setetes air (Qs. Abasa 80:19)
5. Ruh dan Nafs
Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan manusia.
Firman Allah S.W.T :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tali, maka apabila telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh ciptaanKu maka
hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepada Ku” (As-shad : 38,
71-72)
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah Ruh itu
termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit” (Al-Isra 17 : 85)
Ruh adalah getaran Ilahiyah yaitu getaran sinyal ketuhanan
sebagaimana rahmat, nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasakan
sentuhannya, tetapi sukar dipahami hakekatnya. Sentuhan getaran rohanian
itulah yang menyebabkan manusia dapat mencera nilai-nilai belas kasih,
kejujuran, kebenaran, keadilan dsb.
Istilah Nafs banyak tersebar dalam Al-Qur’an. Istilah Nafs memiliki
pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolah Nafs
dapat dirasakan menyebar keseluruh bagian tubuh manusia karena tubuh
manusia merupakan kumpulan dari bermilyar-milyar sel hidup yang saling
berhubungan.
Nafs bekerja sesuai dengan bekerjanya sistem biologis manusia. Hubungan
antara nafs dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui
dengan pasti bagaimana hubungan itu berjalan. Dua hal yang berbeda,
mental dan fisik dapat menjalin interelasi sebab akibat. Kesedihan dapat
menyebabkan mata mengeluarkan siaran. Kesengsaraan membuat badan kurus.
Dikenal pula istilah PSIKOMATIK, yaitu penyakit2 fisik yan disebabkan
oleh masalah kejiwaan
6. Fitrah Manusia : Hanif dan Potensi akal, qalbu dan Nafsu.
Kata fitrah merupakan derivasi dari kata fatara, artinya ciptaan, suci
dan seimbang. Louis ma’luf dalam kamus Al Munjud menyebutkan bahwa
fitrah adalah sifat yang ada pada setiap awal penciptaannya, sifat alami
manusia, agama, sunnah.
Menurut Imam Al-Gazali, fitrah adalah kondisi dimana Allah menciptakan
manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk
menggunakan fikiran.
Dengan demikian fitrah dari segi bahasa dapat diartikan bagai kondisi
awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk
mengetahui dan cenderung kepada kebenaran (hanif)
Manusia menurut pandangan kaum materialis “Manusia hanyalah sekepal
tanah dibumi, dari bumi mereka berasal, dibumi mereka hidup, makan dan
minum, berjalan, beraktivitas, setelah mati kembali menjadi tanah, tidak
ada proses lagi, tidak ada keistimewaan manusia dibanding makhluk
lainnya.
SIAPA MANUSIA ITU?
Manusia adalah ciptaan Allah yang paling besar, untuk itu terlebih
dahulu id harus mengenal Nya. Kalau manusia itu sudah mengenal jiwanya
pasti ia akan mengenal Tuhannya. Pernyataan ini identik dengan bunyi
suatu kalimat :
“Barang siapa sudah mengenal jiwanya, maka ia akan mengenal Tuhannya”
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ( At-Tiin : 4 )
Manusia ditinjau dari susunan postulat tubuhnya adalah ciptaan Allah
yang paling sempurna ditimbang makhluk hidup lainnya yang ada dimuka
bumi.
Berangkai dari persepsi semacam itu maka eksistensi manusia balik yang
bersifat ektern maupun intern selalu memperlihatkan kesempurnaan dari
ciptaan yang begitu mendetail lewat gerakan anggota tubuhnya.
Manusia adalah makhluk yang tercipta berdasarkan ketentuan Allah, bukan
secara kebetulan dan serampangan. Ia tercipta untuk tujuan tertentu
bukan untuk kesia-siaan.
Walaupun manusia dinobatkan sebagai khalifah karena dikaruniai
pemberian, mempunyai berbagai pengetahuan dan mampu menganalisa
aspek-aspek penting dalam kekhalifahan dan mengkaji hukum-hukum alam,
namun ia masih tergolong sebagai makhluk yang lemah, seringkali
ditaklukan oleh hawa nafsu, dan tidak mengenal jiwanya.
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir.
Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan kikir. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kesenangan,
ia amat kikir” (Al-Ma’arij 19-21)
Manusia yang mengagumkan ini tercipta dan bermula dari tiada, lalu ia
menciptakan dari debu ? dari setepul debu ini muncul keturunan bani
Adam, Allah menciptakan manusia secara bertahab, mengalami beberapa fase
perkembangan dan evolusi, dari debu menjadi sperma dan kemudian menjadi
segumpal darah ? ini merupakan bukti kebesaran Allah.
Firman Allah S. Adz. Dzariyat : 20 – 21
Yang dimaksud manusia disini, ya manusia secara umum. Mereka diciptakan
dari segumpal darah dengan jenis dan ras yang berbeda beda, tapi mereka
mempunyai proses penciptaan yang sama, hal ini menunjukkan bahwa Allah
mengistimewakan manusia, agar mereka ingat dan menyadari bahwa Dia telah
memberikan kemuliaan, melindungi peranan dan menjunjung tinggi
kedudukan mereka diantara makhluk-makhluk yang lain.
PROSES PENCIPTAAN ADAM
Allah menciptakan Adam berdasarkan kehendak dan Kekuasaan Nya.
Proklamasi penciptaan manusia dari tanah kepada para Malaikat adalah
merupakan kehormatan pertama yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
Proklamasi tentang kelebihan dan karunia besar dari Allah untuk manusia.
Apalagi setelah itu, Dia memproklamirkan bahwa Allah memerintahkan
malaikat untuk bersujud kepada manusia ini. (Dlm QS Al-Hijr : 28-29)
Penobatan manusia sebagai khalifah di Bumi, adalah suatu kehormatan
besar dari Allah sebagai penciptanya, sehingga Dia memerintahkan para
Malaikat untuk bersujud kepada manusia. Yang lebih besar dari peristiwa
inidan merupakan keistimewaan bagi manusia adalah ditiupkan Nya roh
(ciptaan) Allah kedalam dirinya. Ini sebagai sinyalemen bahwa asal usul
manusia itu suci, tercipta dari bahan yang berkualitas tinggi dan
memiliki fitrah yang murni.
Kehormatan inilah yang merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi
manusia yang diperoleh secara langsung dari Allah yang Maha Agung.
Sebagian kerangka dasar Penciptaan Manusia:
1. Untuk memperlihatkan dan membuktikan keadilan dan kekuasaan Allah,
maka Dia ciptakan bumi sebagai tempat berpijak dan hidup manusia. Dia
(Allah penuhi seluruh bekal kehidupan manusia sebelum berperan dibumi)
2. Sebagai perwujudan dari sifat keadilan dan kebijaksanaan Allah, Dia
sempurnakan manusia sebelum turun keatas bumi. Adam tercipta sebagai
bukti kelebihan dan kemutlakan dari kekuasaan Allah yang dari Nya
terpantul kebesaran zat yang Maha Pencipta. Dalam penciptaan Adam
terdapat berbagai macam pelajaran, kaca perbandingan yang mengandung
beribu hikmah dimana kita lihat kelebihan Adam dan anak cucunya dalam
berbagai aspek dan kita saksikan betapa Allah membedakannya dari makhluk
yang lain:
a. Keistimewaan Adam yang diberikan oleh Allah terlihat pada saat Malaikat diperintahkan untuk bersujud kepadanya.
b. Kelebihan Adam nampak ketika ia diciptakan oleh Allah dengan kedua tangan Nya (yakni Kuasa Allah)
c. Bumi beserta isi alam semesta tunduk kepada Adam, agar ia boleh mengelola, merekayasa dan mengembangkan kehidupan manusia.
d. Adam memiliki potensi intelektual dan kemampuan berkreasi untuk
mendatangkan hasil dari alam semesta ini demi kebaikan hidup didunia.
Hakekat dan Martabat manusia dalam Islam
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang misterius dan sangat menarik.
Dikatakan misterius karena semakin dikaji semakin terungkap betapa
banyak hal-hal mengenai manusia yang belum terungkapkan betapa banyak
hal-hal mengenai manusia yang belum terungkapkan. Dan dikatakan menarik
karena manusia sebagai subjek sekaligus sebagai objek kajian yang tiada
henti-hentinya terus dilakukan manusia khususnya para ilmuwan. Oleh
karena itu ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan
kemudian hari. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia,
karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan
lingkungan hidupnya.
Didalam Al-Qur’an manusia disebut antara lain dengan
a. Bani Adam (Q.S. Al-Isra’:70)
b. Basyar (Q.S. Al-Kahfi: 10)
c. Al-Insan (Q.S. Al-Insan: 1)
d. An-Nas (Q.S. an- Anas (114):1)
Berbagai rumusan tentang manusia telah pula diberikan orang. Salah satu
diantaranya, berdasarkan studi isi Al-Qur’an dan Al-Hadits, berbunyi
(setelah disunting) sebagai berikut: Al-insan (manusia) adalah makhluk
ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman (kepada Allah), dengan
mempergunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta
mengamati gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas segala perbuatannya
dan berakhlak (N.A Rasyid, 1983: 19)
Kelebihan Manusia Dari Makhluk Lainnya, Fungsi Dan Tanggung Jawab Manusia Dalam Islam
Bertitik tolak dan rumusan singkat itu, menurut ajaran Islam, manusia,
dibandingkan dengan makhluk lain, mempunyai beberapa ciri utamanya
adalah:
1. Makhluk yang paling unik, djadikan dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Firman Allah:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin:4)
Karena itu pula keunikannya (kelainannya dari makhluk ciptaan Tuhan yang
lain) dapat dilihat pada bentuk struktur tubuhnya, gejala-gejala yang
ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang terjadi pada setiap organ tubuhnya,
proses pertumbuhannya melalui tahap-tahap tertentu.
Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya,
ketergantungannya pada sesuatu, menunjukkan adanya kekuasaan yang berada
diluar manusia itu sendiri. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah
karena itu seyogyanya menyadari kelemahannya. Kelemahan manusia berupa
sifat yang melekat pada dirinya disebutkan Allah dalam Al-Qur’an,
diantaranya adalah:
a. Melampaui batas (QS. Yunus:12)
b. Zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil,
aniaya) dan mengingkari karunia (pemberian) Allah (QS. Ibrahim: 34)
c. Tergesa-gesa (QS. Al-Isra’:11)
d. Suka membantah (QS. Al-Kahfi:54)
e. Berkeluh kesah dan kikir (QS. Al-Ma’arij:19-21)
f. Ingkar dan tidak berterima kasih (QS. Al-‘Adiyat: 6)
Namun untuk kepentingan dirinya manusia ia harus senantiasa berhubungan
dengan penciptanya, dengan sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan
dengan alam sekitarnya.
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin
dikembangkan) beriman kepada Allah. Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah
dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang berada di alam ghaib
itu ditanyain Allah, sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an:
Artinya: “apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian? (para ruh itu
menjawab) “ya, kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami”).
(QS. Al-A’raf:172)
3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat:
Artinya: “tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat:56)
Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan manusia melalui dua jalur, jalur
khusus dan jalur umum. Pengabdian melalui jalur khusus dilaksanakan
dengan melakukan ibadah khusus yaitu segala upacara pengabdian langsung
kepada Allah yang syarat-syaratnya, cara-caranya (mungkin waktu dan
tempatnya) telah ditentukan oleh Allah sendiri sedang rinciannya
dijelaskan oleh Rasul-Nya, seperti ibadah shalat, zakat, saum dan haji.
Pengabdian melalui jalur umum dapat diwujudkan dengan melakukan
perbuatan-perbuatan baik yang disebut amal sholeh yaitu segala perbuatan
positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat, dilandasi
dengan niat ikhlas dan bertujuan untuk mencari keridaan Allah.
4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal itu
dinyatakan Allah dalam firman-Nya. Di dalam surat al-Baqarah: 30
dinyatakan bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah-Nya di
bumi. Perkataan “menjadi khalifah” dalam ayat tersebut mengandung makna
bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang kekuasaan-Nya
mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang diridhai-Nya di
muka bumi ini (H.M. Rasjidi, 1972:71)
Manusia yang mempunyai kedudukan sebagai khalifah (pemegang kekuasaan
Allah) di bumi itu bertugas memakmurkan bumi dan segala isinya.
Memakmurkan bumi artinya mensejahterakan kehidupan di dunia ini. Untuk
itu manusia wajib bekerja, beramal saleh (berbuat baik yang bermanfaat
bagi diri, masyarakat dan lingkungan hidupnya) serta menjaga
keseimbangan dan bumi yang di diaminya, sesuai dengan tuntunan yang
diberikan Allah melalui agama.
5. Disamping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan
atau kehendak. Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh
kepada Allah, menjadi muslim. Tetapi dengan akal dan kehendaknya juga
manusia dapat tidak dipercaya, tidak tunduk dan tidak patuh kepada
kehendak Allah, bahkan mengingkari-Nya, menjadi kafir. Karena itu di
dalam Al-Qur’an ditegaskan oleh Allah:
Artinya: “Dan katakan bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu.
Barangsiapa yang mau beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang
tidak ingin beriman, biarlah ia kafir.” (QS. Al-kahfi: 29)
Dalam surat Al-Insan juga dijelaskan:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus (kepada
manusia), ada manusia yang syukur, ada pula manusia yang kafir.” (QS.
Al-Insan: 3)
6. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an :
Artinya: “Setiap orang terikat (bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.” (QS. At-Thur: 21)
7. Berakhlaq. Berakhlaq adalah ciri utama manusia dibanding mahkluk
lain. Artinya manusia adalah makhluk yang diberikan Allah kemampuan
untuk membedakan yang baik dengan yang buruk. Dalam islam kedudukan
akhlaq sangat penting, ia menjadi komponen ketiga dalam Islam. Kedudukan
ini dapat dilihat dalam sunah yang menyatakan bahwa beliau diutus
hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia yang mulia.
Dari ungkapan Al-Qur’an itu jelaslah bahwa manusia berasal dari zat yang
sama yaitu tanah. Pada kesempatan lain Al-Qur’an mengatakan bahwa
manusia diciptakan dari air(mani) yang terpencar dari tulang
sulbi(pinggang) dan tulang dada (QS. At-Thariq: 6-7), begitu juga segala
sesuatu (alam).
Dan dalam masa 40 hari mani yang telah terpadu, berangsur menjadi darah
segumpal. Untuk melihat contoh peralihan berangsur kejadian itu,
dapatlah kita memecahkan telur ayam yang sedang dierami induknya.
Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, didalam rahim
bunda kandung, itulah “qararin makin”, tempat yang terjamin
terpelihara.
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu itu diapun bertukar
rupa menjadi segumpal darah. Ketika ibu telah hamil setengah bulan.
Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si ibu, pendingin,
pemarah, berubah-ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan
setelah 40 hari berubah darah, dia berangsur membeku terus hingga jadi
segumpal daging, membeku terus hingga berubah sifatnya menjadi tulang.
Dikelilingi tulang itu masih ada persediaan air yang kelaknya menjadi
daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.
Mulanya hanya sekumpul tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala,
kaki dan tangan dan seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian
diselimuti oleh daging. Pada saat itu dianugerahkan kepadanya “ruh”,
maka bernafaslah dia. Dengan dihembuskan nafas pada sekumpulan tulang
dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi
manusia. (Dudung Abdullah; 1994: 3)
Tentang ruh (ciptaan-Nya) yang ditiupkan kedalam rahim wanita yang
mengandung embrio yang terbentuk dari saripati (zat) tanah itu, hanya
sedikit pengetahuan manusia, sedikitnya juga keterangan kepada para
malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah
liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka,
apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
kedalam ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
sujud(Al-Hijr(15): 28-29). Yang dimaksud “dengan bersujud” dalam ayat
ini bukanlah menyembah, tapi memberi penghormatan.
Al-Qur’an tidak memberi penjelasan tentang sifat ruh. Tidak pula ada
larangan didalam Al-Qur’an untuk menyelidiki ruh yang ghaib itu, sebab
penyelidikan tentang ruh, mungkin berguna, mungkin pula tidak berguna.
Dalam hubungan dengan masalah ruh ini, Tuhan berfirman dalam surat
Al-Isra’: 85
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah
(kepada mereka) bahwa ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak
diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit” (Mahmud Syalhut, 1980: 116)
Dari uraian singkat mengenai asal manusia itu dapatlah diketahui bahwa
manusia, menurut agama Islam, terdiri dari 2 unsur yaitu unsur materi
dan unsur immateri. Unsur materi adalah tubuh yang berasal dari air
tanah. Unsur immateri adalah ruh yang berasal dari alam ghaib. Proses
kejadian manusia itu secara jelas disebutkan dalam Al-Qur’an (dan
Al-Hadits) yang telah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah oleh Maurice
Bucaile dalam bukunya Bibel, Qur’an dan Sains Modern terjemahan H.M.
Rasjidi (1978)
Al-Qur’an yang mengungkapkan proses kejadian manusia itu antara lain
terdapat didalam surat Al-Mu’minun ayat 12-14(sebagaimana dikutip pada
halaman 25), secara ringkas adalah :
1) Diciptakan dari saripati tanah (sulalatin min thin), lalu menjadi
2) Air mani (nutfhah disimpan dalam rahim), kemudian menjadi
3) Segumpal darah (alaqah), diproses
4) Kami jadikan menjadi segumpal daging (mudhghah)
5) Tulang belulang (‘idhaman)
6) Dibungkus dengan daging (rahman).
7) Makhluk yang (berbentuk) lain (janin?). (Q.S. Al-Mukminun; 12-14)
Ditiup roh (dari Allah) pada hari yang ke 120 usia kandungan
9) Lalu lahir sebagai bayi (Q.S. Al-Hajj; 5)
10) Dia jadikan pendengaran, penglihatan dan hati (Q.S. An-Nahl; 78)
11) Tumbuh anak-anak, lalu dewasa, tua (pikun) (Q.S. Al-Hajj; 5)
12) Kemudian mati (Q.S. Almukminun; 15)
13) Dibangkit (dari kubur) di hari kiamat (Q.S. Al-Mukminun; 16)
Melalui sunahnya, Nabi Muhammad menjelaskan pula proses kejadian manusia, antara lain dalam hadits berbunyi sebagai berikut:
Artinya : “Sesungguhnya, setiap manusia dikumpulkan kejadiannya dalam
perut ibunya selama empat puluh hari sebagai muthfah (air mani), empat
puluh hari sebagai ‘alaqah (segumpal darah) selama itu pula sebagai
mudhgah (segumpal daging). Kemudian Allah mengutus malaikat untuk
meniupkan ruh (ciptaan) Allah ke dalam tubuh (janin) manusia yang berada
dalam rahim itu (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari ungkapan Al-Qur’an dan Al-Hadits yang dikutip diatas, kita dapat
mengetahui bahwa ketika masih berbentuk janin sampai berumur 4 bulan,
embrio manusia belum mempunyai ruh. Ruh itu ditiupkan kedalam janin
setelah janin itu berumur 4 bulan (3 x 40 hari). Namun, dari teks atau
nash itu dapat dipahami kalau orang mengatakan bahwa kehidupan itu sudah
ada sejak manusia berada dalam bentuk nuthfah (H.M. Rasjidi, 1984: 5)
Dari proses kejadian dan asal manusia menurut Al-Qur’an itu, Ali
Syari’ati, sejarawan dan ahli sosiologi Islam, yang dikutip oleh
Mohammad Daud Ali, mengemukakan pendapatnya berupa interpretasi tentang
hakikat penciptaan manusia. Menurut beliau ada simbolisme dalam
penciptaan manusia dari tanah dan dari ruh (ciptaan) Allah. Makna
simbiolisnya adalah, manusia mempunyai 2 dimensi (bidimensional) :
dimensi ketuhanan, dan dimensi kerendahan atau kehinaan. Makhluk lain
hanya mempunyai satu dimensi saja (uni-dimensional).
Dalam pengertian simbiolis, lumpur (tanah) hitam, menunjuk pada
keburukan, kehinaan yang tercemin pada dimensi kerendahan. Disamping
itu, dimensi lain yang dimiliki manusia adalah dimensi keilahian yang
tercemin dari perkataan ruh (ciptaan)-Nya itu. Dimensi ini menunjuk pada
kecenderungan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, mencapai
asaluruh (ciptaan) Allah dan atau Allah sendiri.
Karena hakekat penciptaan inilah maka manusia pada suatu saat dapat
mencapai derajat yang tinggi, tetapi pada saat yang lain dapat meluncur
ke lembah yang dalam, hina dan rendah. Fungsi kebebasan manusia untuk
memilih, terbuka baik kejalan Tuhan maupun sebaliknya, kejurang hinaan.
Kehormatan dan arti penting manusia, dalam hubungan ini, terletak dalam
kehendak bebas (free will)nya untuk menentukan arah hidupnya.
Hanya manusialah yang dapat menentukan tuntutan dan sifat nalurinya,
mengendalikan keinginan dan kebutuhan fisiologisnya untuk berbuat baik
atau jahat, patuh atau tidak patuh kepada hukum hukum Tuhan.
Dari uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa manusia adalah
makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari jiwa dan raga, berwujud fisik
dan ruh (ciptaan) Allah. Sebagai makhluk illahi hidup dan kehidupannya
berjalan melalui 5 tahap, masing-masing tahap tersebut “alam” yaitu :
1) Di alam ghaib (alam ruh atau arwah)
2) Di alam rahim
3) Di alam dunia (yang fana ini)
4) Di dalam barzakh dan
5) Di alam akhirat (yang kekal = abadi) yakni alam tahapan terakhir hidup dan kehidupan (ruh) manusia.
Dari kelima tahapan kehidupan manusia itu, tahap kehidupan ketiga
yakni tahap kehidupan di dunia merupakan tahap kehidupan yang menentukan
(melalui iman, taqwa, amal dan sikap) nasib manusia dalam tahap-tahap
kehidupan selanjutnya (4 dan 5) dan keempatnya diakhirat nanti.
Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang manusia, bahkan
manusia adalah makhluk pertama yang disebut dua kali dalam rangkaian
wahyu pertama (Q.S. Al-Alaq: 1-5). Di satu sisi manusia sering mendapat
pujian Tuhan. Dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain, ia mempunyai
kapasitas yang paling tinggi (Q.S. Hud: 3), mempunyai kecenderungan
untuk dekat kepada Tuhan melalui kesadarannya tentang kehadiran Tuhan
yang terdapat jauh di alam sadarnya (Q.S. Ar-Rum: 43). Manusia diberi
kebebasan dan kemerdekaan serta kepercayaan penuh untuk memilih jalannya
masing-masing (Q.S. Al-Ahzab: 72; Al-Ihsan : 2-3)
Ia diberi kesadaran moral untuk memilih mana yang baik mana yang buruk,
sesuai dengan hati nuraninya atas bimbingan wahyu (Q.S.
Asy-Syams(91):7-8). Manusia dimuliakan Tuhan dan diberi kesempurnaan
dibandingkan dengan makhluk lain (Q.S. Al-Isra:70), diciptakan Tuhan
dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tiin(95):4)
Namun disisi lain, manusia ini juga mendapat celaan Tuhan, amat aniaya
dan mengikari nikmat (Q.S. Ibrahim: 34), sangat banyak membantah (Q.S.
Al-Hajj: 67) dan kelemahan lain yang telah disebut didepan. Dengan
mengemukakan sisi pujian dan celaan tidak berarti bahwa ayat-ayat
Al-Qur’an bertentangan satu sama lain, tetapi hal itu menunjukkan
potensi manusiawi untuk menempati tempat terpuji, atau meluncur ke
tempat tercela.
Al-Qur’an seperti telah disebut di muka, menjelaskan bahwa manusia
diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan
menghembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya (Q.S. Sad: 71-72). Dengan
“tanah” manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-makhluk
lain sehingga butuh makanan, minuman, hubungan kelamin, dan sebagainya.
Dengan ruh (ciptaan) Tuhan, ia diantar kearah tujuan non materi yang
tidak terbobot, tidak bersubstansi dan tidak dapat diukur di
laboratorium, tidak dikenal oleh alam materi.
Sebenarnya masih banyak lagi kajian tentang manusia,uraian diatas hanya
sebagian kecil tentang manusia yaitu ditinjau dari kacamata
Islam,pantaslah istilah diatas mengatakan “Kenalilah dirimu maka engkau
akan kenal siapa Tuhanmu.”