Rabu, 29 Februari 2012

Nabi Dan Rosul Yang Mendapat Gelar Ulul Azmi


Ulu al-Azmi ( أولوالعذم)  orang-orang yang mempunyai keteguhan hati adalah gelar yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan tinggi / istimewa karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, dalam menyebarkan agama Islam.
Hanya lima rasul yang mendapatkan julukan ini, dari beberapa rasul yang telah diutus oleh Allah. Gelar ini adalah gelar tertinggi/istimewa ditingkat para nabi dan rasul. Para Rasul yang memiliki julukan Ulul Azmi adalah:


* Nuh
* Ibrahim
* Musa
* Isa
* Muhammad

Tentang gelar ini telah dijelaskan pada Al-Qur'an Surah Al-Ahqaaf ayat 35 
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ (٣٥
"Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati (ulul azmi) dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik."

Al-Qur'an Surah Asy-Syuraa ayat 13.

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ (١٣
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama[#] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

[#] Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala perintah dan larangan-Nya.

Nuh

Nabi Nuh as adalah rasul pertama yang diutus Allah untuk meluruskan akidah dan akhlak umat yang telah menyimpang jauh dari ajaran yang benar. Nabi Nuh sebagai ulul azmi di antaranya karena kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali kejalan yang lurus. Hampir 1000 tahun usianya jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an termasuk penentangnya. Atas kehendak Allah umat Nuh yang membangkang ditenggelamkan dengan gelombang air bah dan semuanya hancur, kecuali Nuh dan pengikutnya yang beriman.

Ibrahim

Sejak masih bayi Ibrahim harus diasingkan ke dalam gua, yang disebabkan oleh perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, yaitu dibakar hidup-hidup dan diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia dan pernikahannya dengan Sarah, ia belum dikaruniai anak hingga istrinya meminta ia menikahi seorang budak berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan istri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk “membuang” istri dan anak yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Karena kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus mengorbankan Ismail yang baru beranjak remaja. Hal ini pun ia laksanakan, meskipun akhirnya yang disembelih adalah seekor domba. selain itu ujian Ibrahim yang lain adalah membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, menghadapi Raja Namrudz yang zalim.

Musa

Musa AS termasuk orang sabar dalam menghadapi dan mendakwahi Firaun. Selain itu, dia juga mampu untuk bersabar dalam memimpin kaumnya yang sangat pembangkang. Ketika Musa akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah berhala emas anak sapi. Harun yang ditugasi mengganti peran Musa, tidak sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh.

Isa

Banyak hal yang menunjukkan bahwa Isa memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika Isa sabar menerima cobaan sebagai seorang yang miskin, pengkhianatan seorang muridnya, Yudas Iskariot, menghadapi fitnah, penolakan, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.

Muhammad

Sejak kecil sampai dewasa, Muhammad SAW selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban paman yang merawatnya sejak kecil. Tantangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul. Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya sendiri. Muhammad juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikarenakan dakwahnya.

Sabtu, 25 Februari 2012

~:*Keutamaan Menjaga Lisan..~


Memang lisan tidak bertulang.
Apabila keliru menggerakkannya akan mencampakkan kita dalam murka Allah yang berakhir dengan neraka-Nya.
Lisan akan memberikan ta’bir (mengungkapkan) tentang baik-buruk pemiliknya.
Inilah ucapan beberapa ulama tentang bahaya lisan:

1. Anas bin Malik : “Segala sesuatu akan bermanfaat dengan kadar lebihnya, kecuali perkataan. Sesungguhnya berlebihnya perkataan akan membahayakan.”

2. Abu Ad-Darda’ : “Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang yaitu orang yang diam namun berpikir atau orang yang berbicara dengan ilmu.”

3. Al-Fudhail : “Dua perkara yang akan bisa mengeraskan hati seseorang adalah banyak berbicara dan banyak makan.”

4. Sufyan Ats-Tsauri : “Awal ibadah adalah diam, kemudian menuntut ilmu, kemudian mengamalkannya, kemudian menghafalnya lantas menyebarkannya.”

5. Al-Ahnaf bin Qais : “Diam akan menjaga seseorang dari kesalahan lafadz (ucapan), memelihara dari penyelewangan dalam pembicaraan, dan menyelamatkan dari pembicaraan yang tidak berguna, serta memberikan kewibawaan terhadap dirinya.”

6. Abu Hatim : “Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya. Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika terdapat (maslahat) baginya maka dia akan berbicara. Dan bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara). Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya dia akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.”

7. Yahya bin ‘Uqbah: “Aku mendengar Ibnu Mas’ud berkata: ‘Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar selain-Nya, tidak ada sesuatu yang lebih pantas untuk lama dipenjarakan dari pada lisan.”

8. Mu’arrifh Al-‘Ijli : “Ada satu hal yang aku terus mencarinya semenjak 10 tahun dan aku tidak berhenti untuk mencarinya.” Seseorang bertanya kepadanya: “Apakah itu wahai Abu Al-Mu’tamir?” Mua’arrif menjawab: “Diam dari segala hal yang tidak berfaidah bagiku.”

(Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala karya Abu Hatim Muhamad bin Hibban Al-Busti, hal. 37-42)

Buah Menjaga Lisan

Menjaga lisan jelas akan memberikan banyak manfaat. Di antaranya:

1. Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Al-Bukhari no. 6090 dan Muslim no. 48)

2. Akan menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya.

Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab:
“(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.”
(HR. Al-Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42)

Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali mengatakan: “Hadits ini menjelaskan larangan mengganggu orang Islam baik dengan perkataan ataupun perbuatan.” (Bahjatun Nazhirin, 3/8)

3. Mendapat jaminan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk masuk ke surga.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’d :
“Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).”
(HR. Al-Bukhari no. 6088)

Dalam riwayat Al-Imam At-Tirmidzi no. 2411 dan Ibnu Hibban no. 2546, dari shahabat Abu Hurairah ra. ,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang dijaga oleh Allah dari kejahatan apa yang ada di antara dua rahangnya dan kejahatan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka dia akan masuk surga.”

4. Allah akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya kepadanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah ra. :
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.”
(HR. Al-Bukhari no. 6092)

Dalam riwayat Al-Imam Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin (3/11),
dari shahabat Bilal bin Al-Harits Al-Muzani bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.”

Demikianlah beberapa keutamaan menjaga lisan.
Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah untuk melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya dan diberi kemampuan untuk mengejar keutamaan tersebut.
Wallahu a’lam~

Salam santun Uhibukum Fillah ^^

AGAR JOMBLO TETAP PD (Percaya Diri)



---------------------------------------------
Assalaamu'alaykum Sobat OJ :)
Hiks ,udah malam minggu lagi . Buat para jomblo yang kePercayaan Dirinya mulai menurun , Saia ada tips ni , moga bermanfaat dan jadi percik semangattt untuk menjauhi maksiat berPACARAN (PAsangan CARane syetAN) hiiiiiiiii , seremmmm >_<
Bismillaah ....

1. Niatkan karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Inilah yang menyebabkan kita jadi percaya diri dalam status jomblo, ditengah-tengah kerumunan muda-mudi yang terjerumus dalam pacaran. Insya Allah dengan berbekal niat seperti ini kita memperoleh pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebab, kita meninggalkan perbuatan maksiat dalam rangka mendapatkan keridhoannya.
...
2. Yakini bahwa aktivitas pacaran adalah maksiat

Di dalam pacaran ada serangkaian aktivitas maksiat yang mengantarkan pelakunya pada perbuatan zina. mulai dari melihat, memegang, bersepi-sepi, dst. yakini bahwa pacaran adalah perbuatan munkar, sehingga kita pun tenang mengatakan “alhamdulillah , aku jomblo”.

3. Tenang dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala

Fitrah manusia memang selalu tertarik dengan lawan jenisnya, keinginan untuk menyalurkan ketertarikan kepada lawan jenis adalah sesuatu yang manusiawi. namun jangan sampai hal ini membuat kita menempuh jalan yang dilarang Allah Subhanahu Wa Ta’ala. yakinlah dengan takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bahwa masa-masa itu akan datang (pernikahan).

4. Banyak-banyak melakukan amalan sholih

Gunakan setiap waktu yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan memperbanyak amalan sholih yang sesuai. misalnya puasa sunnah, sholat malam, menghafal al-qur’an, birrul walidain dsb. Kesibukan dalam hal kebaikan ini akan memupus keinginan hati terhadap hal-hal yang dimurkai olehAllah Subhanahu Wa Ta’ala.

5. Gunakan waktu dengan sehebat mungkin

Jangan sampai waktu yang ada kita gunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita, waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik merupakan penyakit berbahaya bagi pemikiran, akal dan badan.

6. Jauhi tontonan, bacaan dan hal-hal yang mendorong untuk berpacaran

Hati manusia itu lemah, bila dorongan untuk melakukan maksiat begitu besar maka seseorang akan mudah terpengaruh dalam perbuatan maksiat, dorongan itu bisa berasal dari tontonan, bacaan, lingkungan, yang dorongan tadi mesti ditepis jauh-jauh dengan menghindari sebab.

Disisi lain, sepantasnya kita berusaha untuk mencari bacaan, tontonan dan lingkungan yang mendorong kita untuk semakin taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala ^^

Salaam SeManIs
Semangattt , aManah , wa Istiqomah ^^

Kamis, 23 Februari 2012

Fastabiqul Khairat

“Dan bagi setiap orang ada memiliki arah yang dituju ke arah mana dia menghadapkan wajahnya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” ( Q.S Al Baqarah : 148 )

Di dalam ayat ini Allah telah menyatakan bahwa merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim supaya tegak dan teguh dalam melakukan kebaikan. dan tidak hanya sekedar maju dalam kebaikan, tetapi terus berupaya juga untuk saling mendahului satu dengan yang lain di dalam hal kebaikan. Sebab kebaikan itulah yang diantaranya membuat kita sebagai orang-orang yang paling baik.

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ-

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”. (Q.S 98:7)

Dalam hal antusiasme dalam kebaikan kita bisa melihat bagaimana para sahabat Rasulullah saw. Dalam satu riwayat dikatakan bahwa pada suatu saat para sahabah yang kurang dari segi harta hadir di hadapan Rasulullah saw dalam corak mengadu dan mengeluh, “Ya Rasulullah! sebagaimana kami melakukan salat seperti itulah orang-orang kaya melakukan salat. Sebagaimana kami melakukan puasa seperti itu pulalah orang-orang yang kaya melakukan puasa juga. Sebagaimana kami berjihad, seperti itu pulalah orang-orang kaya melakukan jihad. Tetapi ya Rasulullah ada pekerjaan lebih yang mereka kerjakan. Mereka memberikan sedekah dimana kami yang karena ketidakmampuan kami tidak dapat melakukan itu. Beritahukanlah kepada kami suatu metode yang dengan melakukan itu kami dapat menutupi kekurangan itu.” Beliau saw bersabda, “Setiap selesai salat bacalah subhanallah 33 kali dan 33 kali alhamdulillah dan 34 kali allahu akbar"

Sahabah ini sangat gembira bahwa kini ia dapat setarap dalam kebaikan-kebaikan dengan para hartawan. Mereka mulai mengamalkan sesuai dengan cara ini, tetapi sesudah beberapa hari orang-orang kaya juga mengetahui akan cara ibadat seperti itu dan mereka juga mulai membaca tasbih dan pujian seperti itu. Sahabah ini kembali hadir di hadapan Rasulullah saw lalu mereka mengeluh dan mengadu bahwa para orang kayapun kini mulai melakukan amal seperti ini juga dan mereka menyusul kami. Jadi Rasulullah saw bersabda bahwa apabila Allah memberikan taufik pada seseorang untuk melakukan kebaikan maka bagaimana saya bisa mencegahnya.

Jadi perhatikanlah bagaimana semangatnya mereka untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Diantara mereka banyak terdapat para pebisnis, para hartawan, tetapi dengan adanya perintah Allah ‘berlombalah dalam kebaikan-kebaikan’ maka sedemikian rupa mereka berlomba melakukan amal baik itu sehingga sama sekali tidak ada batasnya.

Kemudian perhatikanlah, bagaimana Allah menghargai kebaikan-kebaikan mereka baik secara personal sebagai individu, muapun berjemaah atau kedua-duanya. Allah memberikan pada mereka sedemikian banyak berkah dan rahmat.

Jadi sebagaimana dalam hadis ini di bawah kekuatan daya pensucian Rasulullah saw para sahabah, baik dia itu seorang yang kaya atau miskin mereka berupaya untuk mendahului satu sama lain dalam puasa, jihad, sedekah-sedekah dan segala bidang kebaikan mereka berupaya berlomba satu dengan yang lain dalam kebaikan.

Mereka juga merupakan sosok-sosok yang menunaikan haququllah dan haququl’ibaad. Dengan membelanjakan harta mereka sebagai sedekah mereka mengkhidmati makhluk-makhluk Allah. Maka sebagaimana antusiasme para sahabat dalam hal berlomba-lomba dalam kebaikan maka kitapun dituntut untuk memperlhatkan semangat yang sama.

Kemudian apa yang dimaksud dengan haququl’ibaad? Yaitu Berbuat baik pada keluarga dan kerabat dekat. Kemudian dari itu yang paling utama adalah menuanaikan hak-hak istri dan demikian pula istri-istri menunaikan hak suami-suami, suami istri menunaikan hak-hak keluarga dari kedua belah pihak, memperhatikan orang-orang miskin

Fastabiqul khoiroot adalah keistimewaan Islam

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ diantara setiap agama mempunyai keistimewaan-keistimewaan menonjol tetapi disana juga terdapat perbedaan bahwa agama-agama lain hanya menyeru orang kepada kebaikan, tetapi Islam menyeru kepada perlombaan. Pertama, adalah lakukanlah kebaikan dan kemudian berlombalah dalam kebaikan-kebaikan dan berupayalah satu dengan yang lain untuk saling menyusul dalam kebaikan. Disini Allah menggunakan kata perlombaan yang di dalamnya kendati tidak didapatkan arti kata cepat dan segera. Sebab, dari segi lughat andaikata dua orang berjalan lambat sekalipun tetapi satu dengan yang lain, saling mendahului maka mereka telah melakukan perlombaan. oleh sebab disini terdapat perintah bagi setiap orang untuk berlomba. Kini jika seorang dengan upayanya dia menyusul maka untuk yang lainpun terdapat juga perintah bahwa diapun juga harus menyusul ke depan. Maka apabila dia akan menyusul duluan dari itu maka akan timbul upaya orang yang duluan untuk menyusul lebih depan. Jadi oleh karena kepada setiap orang terdapat perintah untuk terdepan dalam kebaikaan-kebaikan, maka dengan demikian akan timbul sebuah perlombaan dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Sebagaimana riwayat yang telah diterangkan diawal tadi bahwa para sahabah sangat risau bahwa kenapa si fulan mendahului kami.

Jadi, menjadi kewajiban bagi setiap mukmin bahwa sesuai dengan ajaran itu kita harus lebih maju dalam kebajikan-kebajikan dan berupaya untuk menuju kepada posisi di depan. Dan melakukan kebaikan dengan segenap kemampuan dan bakat kita dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Di dalam diri setiap orang Allah telah meletakkan berbagai kemampuan yang berbeda. Sekurang-kurangnya seyogianya setiap orang berbuat sesuai dengan itu. Allah tidak mengatakan bahwa kalian harus mencapai segenap kebaikan dalam satu loncatan dan mencapai segenap standar yang tinggi kebaikan. Dia berfirman bahwa kesuksesan kamu terdapat di dalam upaya kamu yang terus menerus mengayunkan langkah-langkah kalian dalam kebaikan. Langkah kalian janganlah terputus. Kalian terus meninggalkan keburukan-keburukan itu di belakang dan kalian terus maju dalam kebaikan-kebaikan. Dan kemudian setiap orang lihatlah kepada orang-orang yang lebih banyak kebaikan-kebaikannya, lihatlah ke arah orang yang melakukan kebaikan. Inilah perintah yang dari mana akan timbul ruh perlombaan.

Dan dan yang tidak kalah penting disamping untuk saling mendahului dalam kebaikan-kebaikan, kita juga harus saling membantu satu sama lain. Seorang apabila sampai pada martabat kebaikan-kebaikan maka berupayalah juga untuk membawa yang lain bersamanya, sebab terdapat juga perintah bahwa apa yang kamu sukai untuk dirimu sukailah itu juga untuk orang lain. Jadi dengan demikian akan timbul suasana lomba dalam kebaikan-kebaikan. Dan sambil melihat satu dengan yang lain akan bangkit gairat untuk melakukan kebaikan, yang di dalamnya tidak akan ada rasa hasad dan iri. Tidak akan ada upaya untuk menimpakan kerugian pada orang lain,tetapi akan bangkit upaya untuk melakukan kebaikan.

Bagaimana bentuk kebaikan yang paling baik?

Berkenaan dengan Rasulullah saw tertera dalam sebuah hadis bahwa beliau bersabda, kebaikan yang terbaik adalah kebaikan yang manusia lakukan dengan tekun berada di dalamnya. Kondisi yang bercorak “pulang pergi” bukanlah yang hakiki bahkan itu merupakan pertanda orang sakit. Sebagaimana seorang yang berpenyakit gila tidak waras manakala dia tertawa maka dia akan terus tertawa dan apabila mulai menangis maka akan terus menangis,dan apabila mulai makan maka akan terus makan, jika dia tidur maka akan terus tidur dan jika mulai sadar atau jaga maka sampai berminggu-minggu ia tidak akan mengantuk. Di dalam semua perkara itu keinginannya tidak ikut campur dan dia tidak dapat dihukum karena suatu tidakannya. Tidak akan ada yang menanyakan padanya bahwa kenapa dia tertawa dan menangis

Demikian pula dalam kondisi keruhanian pada manusia datang waktu-waktu yang sedemikian rupa yang apabila karena pengaruh sesuatu dari luar atau akibat terjadi kekurangan pada sel saraf atau otak maka akan menyampaikan suatu kondisi khusus pada puncaknya. Jika dia mulai melakukan salat maka dia akan shalat terus menerus, tetapi beberapa hari kemudian dia tinggalkan shalat sama sekali. Dari itu jelas bahwa dia melakukan salatnya bukanlah merupakan indikator meningkatnya kondisi keruhanianya. Sebab jika demi untuk Tuhan dia melakukan salat maka dia tidak akan meninggalkannya. Itu merupakan sebuah penyakit sebagaimana adanya penyakit banyak makan dan penyakit banyak tidur. Demikian pula bisa ada penyakit banyak melakukan salat- salat.

Jadi kebaikan itu bukanlah kebaikan yang dilakukan untuk beberapa waktu sampai kelewat batas lalu dia tinggalkan. Tetapi kebaikan itu hendaknya dilakukan dengan tekad yang teguh, yang didalamnya terdapat keistiqomahan. Jadi lakukanlah kebaikan sesuai dengan kemampuan dan teruslah melangkah maju di dalamnya. Lakukanlah dengan dawam dan istiqamah.

Nasehat-nasehat Rasulullah dalam Berbuat baik

Rasulullah saw dalam berbagai riwayat telah menarik perhatian kita untuk melakukan beragam kebaikan bahwa bagaimana supaya kebaikan kebaikan-kebaikan itu mendatangkan keridhoan Allah taala. Beberapa hadis akan kami sampaikan disini.

Abu Ayyub r.a meriwayatkan bahwa seorang memohon kepada Rasulullah saw bahwa beritahukanlah resep pada saya yang dapat membawa saya ke surga. Beliau bersabda beribadahlah pada Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan siapapun. Lakukanlah salat berjamaah, bayarlah zakat, dan jalinlah ikatan silaturrahmi dengan keluarga dan berbuat baiklah dengan mereka.

Jadi syarat pertama untuk seorang mukmin adalah jangan menyekutukan Tuhan dengan siapapun. Janganlah pekerjaan, bisnis, dinas, istri, anak, dan hubungan-hubungan dunia dapat menjadi penghalang dalam hubungan dengan Allah. Jangan menjadi penghalang dalam mengamalkan hukum-hukum Allah dan sesudah itu perintah yang paling penting adalah laksanakanlah shalat dan bayarlah zakat. Disamping zakat melakukan pengorbanan harta (infaq fi sabilillah) juga merupakan satu perintah dari perintah -perintah yang mendasar. Di awal Al-Quran, Allah – sesudah kalimat

وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ berfirman: وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (mereka menafkahkan sebagian dari yang Allah rezekikan keada mereka). mereka itulah orang-orang mumin, merekalah orang-orang yang ikut bergabung dalam lomba melakukan amal-amal baik yang dari itu mereka membelanjakan harta mereka dijalan Allah yang Allah taala berikan kepada mereka.

Kemudian bersabda jalinlah ikatan tali silaturrahmi dan berbuat baiklah pada keluarga. Perhatikanlah mereka dan perhatikanlah juga perasaan-perasaan mereka dan perhatikanlah pula keperluan-keperluan mereka.

Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Muaz r.a meriwayatkan bahwa saya memohon pada Rasulullah saw bahwa beritahukanlah pada saya amal yang dapat membawa saya ke surga dan menjauhkan saya dari neraka, beliau bersabda bahwa kamu menanyakan hal yang sangat sulit. Tetapi jika Allah menganugerahkan taufik maka ini akan menjadi mudah juga. Bersabda: Beribadahlah engkau kepada Allah, janganlah menyekutukan siapapun dengan-Nya, laksanakanlah salat, bayarlah zakat dengan teratur, berpuasalah di bulan ramadhan dan jika ada bekal maka lakukanlah haji ke Baitullah; jika ada izin, fasilitas-fasilitas juga ada dan aman juga maka lakukanlah haji. Dengarlah, puasa adalah merupakan tameng untuk terhindar dari dosa-dosa. Sedekah sedemikian rupa memadamkan api dosa sebagaimana air memadamkan api. Salat pada pada pertengahan malam adalah merupakan faktor untuk meraih ganjaran yang besar. Kemudian beliau membaca ayat ini تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ -Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya untuk melaksanakan salat tahajjud, (Assajdah 16. Kemudian beliau bersabda: ‘Akar agama adalah Islam. Tiangnya adalah salat dan puncaknya adalah jihad. Dan berkenaan dengan ringkasan semua agama beliau sambil memegang lidah beliau sambil bersabda ‘tahanlah ini!

Riwayat ini memang hampir sama dengan riwayat pertama tadi, yakni, puasa di bulan Ramadhan dan haji. Kemudian oleh sebab di dalam diri beliau terdapat rasa antusiasme untuk menyuruh umat beliau memilih jalan yang lurus dan untuk menegakkan kebaikan – kebaikan karena itu banyak lagi hal- hal atau perkara perkara kebaikan yang beliau sendiri jelaskan dengan seterang-terangnya. Bahwa puasa melindungi kamu dari dosa-dosa, sedekah dan pengorbanan harta melindungi kamu dari api neraka, melakukan shalat tahajjud menjadi faktor meraih pahala yang sangat besar. Kemudian beliau memberitahukan bahwa puncaknya adalah jihad. Dan untuk konteks zaman sekarang jihad itu adalah jihad melawan hawa nafsu, menahan diri dari keburukan – keburukan lalu tetap tegak pada kebaikan – kebaikan, bahkan disini maksudnya adalah jihad saling berlomba satu dengan yang lain dalam kebaikan –kebaikan, jihad adalah jihad pengorbanan harta, jihad membungkam mulut lawan–lawan Islam dengan dalil-dalil.

Kemudian ringkasan agama yang beliau sabdakan adalah ucapkanlah senantiasa kalimah-kalimah yang baik, berilah ajaran yang baik. Janganlah pernah menyakiti seseorang dengan lidah kalian, dan janganlah menyakiti perasaan seseorang dengan mengatakan kata-kata yang pahit. Sebab perkataan kalian sendirilah yang membawa kalian ke dalam neraka.

Tertera dalam sebuah riwayat bahwa Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda bahwa ada lima hak orang muslim pada orang Muslim lainnya. Menjawab salam, menjenguknya jika dia sakit, jika meninggal maka ikut dalam acara jenazahnya, menerima undangannya dan jika dia bersin lalu mengatakan alhamdulillah maka jawabannya adalah membaca doa yarhamukallah.

Ada satu hal yang lebih dalam satu riwayat bahwa apabila engkau menemuinya maka katakanlah salam padanya dan jika dia meminta musyawarah yang baik padamu maka berilah musyawarah penuh rasa simpati dan berilah padanya musyawarah yang baik.

Jadi, inilah merupakan cara untuk mengembangkan kebaikan dan cara maju dalam perlombaan yang Rasulullah saw telah ajarkan kepada kita. Jika itu direnungkan maka lihatlah dengan mengamalkan hal-hal itu akan lahir masyarakat yang indah, yang merupakan masyarakat yang hanya terdiri dari orang-orang yang melakukan kebaikan. Yang merupakan masyarakat yang menyebarkan kebaikan, yang merupakan masyarakat yang maju dalam kebaikan-kebaikan. Dimana mereka satu dengan yang lain saling mendoakan, dan mereka satu dengan yang lain saling memberikan musyarawarah yang berasas pada rasa simpati dan memberikan musyawarah yang baik. Sambil menggandeng tangan orang yang terbelakang dalam kebaikan-kebaikan untuk ikut serta bersama mereka.

Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa bersumber dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang utama dalam suatu kebaikan di jalan Allah maka dia akan dipanggil masuk ke dalam surga melalui pintu kebaikan itu. Dia akan dipanggil, hai hamba Allah! pintu ini adalah lebih baik bagimu masuklah melalui ini. Jika dia merupakan orang yang istimewa dalam perihal salat maka dia akan dipanggil dari pintu salat. Jika dia istimewa dalam perihal jihad maka dia akan dipanggil melalui pintu jihad. Jika dia istimewa dalam perihal puasa maka dari pintu puasa dan jika dia istimewa dalam sedekah maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah. Mendengar sabda Rasulullah saw ini Abu bakar bertanya, hai Rasul Allah ! ibuku berkurban untukmu barangsiapa yang dipanggil dari suatu pintu maka dia tidak mementingkan pintu yang lain lagi, tetapi mungkin kemudian akan ada yang bernasib mujur yang akan mendengar suara yang memanggilnya dari semua pintu ? Beliau bersabda: Ya, dan saya mengharapkan bahwa kamupun termasuk dari antara orang yang bernasib mujur itu.

Jadi inilah sikap dan keinginan orang yang berlomba dalam kebaikan-kebaikan yang sejati bahwa kiranya mereka masuk dari setiap pintu. Dan seyogianya harus berupaya supaya semua kebaikan dilakukan. Sebab di sebuah hadis yang lain ada juga tertera bahwa neraka jahannam juga mempunyai beberapa pintu dan pintu-pintu jahannam dapat menjadi penghalang bagi orang-orang yang berdosa untuk masuk ke dalam surga.

Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa ada seorang datang dihadapan Rasulullah saw dan berkata: Hai Rasul Allah! sedekah apa yang paling besar dari segi ganjaran? Beliau bersabda: sedekah yang paling besar adalah bahwa kamu memberikan sedekah dalam keadaan kamu sehat dan kamu perlu terhadap harta dan kamu dalam keadaan sangat menginginkan sekali. Pada saat takut pada kemiskinan dan mengingikan kesejahteraan. Janganlah kamu berlama-lama untuk melakukan sedekah sedemikian rupa sehingga nyawa berada di tenggorokan lalu kamu mengatakan bahwa saya akan memberikan si fulan dan si fulan sekian. Padahal kini harta itu bukan lagi milik kalian itu kini telah menjadi milik si fulan. Yakni orang yang meninggal sudah tidak punya wewenang lagi atas hal itu.

Semoga Allah menganugerahkan taufik pada kita supaya kita jangan hanya menjadi orang yang mengupayakan kebaikan bahkan dengan berupaya berlomba dalam kebaikan itu kita juga meraih tingkatan ketakwaan yang tinggi. Setiap ucapan kita, setiap pekerjaan kita, duduk dan bangun kita sesuai dengan keridhoan Allah.

Masing Masing Kami Siksa

Dan kaum 'Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu kehancuran mereka dari puing-puing tempat tinggal mereka. Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan Allah, sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam, dan juga Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan membawa bukti-bukti keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di muka bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput dari kehancuran itu.

Maka masing-masing mereka itu Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. 

Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al 'Ankabuut

Berlomba - Lomba Berbuat Kebajikan

الدني مزرعة الآخرة
"Dunia Adalah Ladang Akhirat"

Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam semesta, Sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada penghulunya orang-orang yang zuhud dan imamnya para ahli ibadah. Amma ba’du :

Sesungguhnya dunia adalah negeri persinggahan bukan negeri untuk menetap, dunia adalah tempat yang penuh dengan duka cita bukan tempat tinggal untuk bersuka cita. Maka sepatutnya bagi seorang mukmin menjadikan dunia sebagai bagian perjalanan, mempersiapkan bekal dan hartanya untuk menuju ke perjalanan yang pasti. (ke akhirat)

Maka merupakan kebahagiaan bagi siapa yang menjadikan perjalanan ini bekal yang akan menyampaikannya ke keridhaan Allah Ta’ala, yang menghantarkannya kepada ganjaran surga-Nya dan kepada keselamatan dari neraka-Nya.

"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Al Maa'idah : 48

Jalan terang tersebut bagi Ummat Muhammad صلي الله عليه وسلم adalah jalan yang dilalui (sunnah) Rasulullah صلي الله عليه وسلم, Sahabatnya dan semua yang mengikuti mereka hingga akhir zaman, inilah yang dikatakan Ahlus Sunnah yaitu orang yang mengamalkan sunah Rasulullah صلي الله عليه وسلم dan berkumpul di dalamnya dengan beribadah kepada Allah baik dalam masalah aqidah (keyakinan), perkataan, perbuatan, dan panutannya adalah Shalafusshalih dari sahabat, tabiin dan pengikut tabiin.

Untuk menjadi bagian dari Ahlus Sunnah kita wajib meniti jalan terang yang telah dilalui oleh Rasulullah صلي الله عليه وسلم dan para sahabatnya رضي الله عنهم, bukankah kita selalu berdo’a disetiap shalat ‘Tunjukilah kami-ya Allah- jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat” (QS: Al-Fatihah:6-7), inilah bahasan tentang jalan tersebut dan semoga bermanfaat bagi kita semua, 

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa" Al Baqarah : 177

Dalam Surah Al Maidah ayat 48 diatas dapat kita ambil satu point di antara beberapa perintah Allah Subhanahu Wata'ala yakni dianjurkannya kita untuk ber- fastabiqul khairat. bersegera dalam melakukan kebaikan, dan dorongan bagi orang-orang yang ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh kesungguhan tanpa ragu sedikitpun. sedangkan dalam surah Al Baqarah 177 terdapat beberapa penjelasan tentang pokok - pokok kebajikan. 

Melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda atau ditinggalkan  melainkan harus dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas. Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Karena itu selagi masih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Karenanya begitu ada kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah, seperti fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah Subhanahu Wata'ala.

Untuk berbuat baik hendaknya selalu saling mendorong dan saling tolong menolong. Kita harus membangun lingkungan yang baik karena dari lingkungan juga berpengaruh bagi kita untuk berbuat kebaikan. tidak sedikit memang seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan. kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan yang dalam tidak mungkin kebaikan dicapai oleh seseorang yang setengah hati dalam mengerjakannya. Rasulullah SAW bersabda untuk mendorong segera beramal sebelum datangnya fitnah, di mana ketika fitnah itu tiba, seseorang tidak akan pernah bisa berbuat baik. Sebab boleh jadi pada saat itu seseorang dipagi harinya masih beriman, tetapi pada sore harinya tiba-tiba menjadi kafir. Atau sebaliknya pada sore harinya masih beriman tetapi pada pagi harinya tiba-tiba menjadi kafir.





Melalui usaha maupun pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, doa, sabar , ikhlas , ridha dan tawakal sebagai sandarannya serta selalu saling berkompetisi didalam berbuat kebaikan dsb, adalah satu kendaraan yang paling tepat dan efektif untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan kehidupan negeri akhirat yang abadi.

Menjalani Kehidupan Dunia

Kehidupan ibarat gelombang kadang bahagia kadang sedih maka, marilah kita senantiasa bersyukur dalam mengapai dunia dan isinya. Supaya hidup kita tidak goyah dalam menghadapi semua cobaan yang ada di dunia ini, karena ada yang mengatakan dunia dan isinya adalah pana, jangan banga dengan harta kita punya, jangan besar kepala dengan jabatan, semua itu hanya anugrah Allah dan sewaktu-waktu Allah bisa memintanya…!!!

1. Memahami tujuan hidup

Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah, semua aktifitas kehidupan kita di dunia ini dalam rangka beribadah kepada Allah. ” Wamaa khalaqtul jinna wal insaa illa liya’ buduun..”ibaratnya seseorang itu keluar dari rumah mau pergi kemana, bila ada tujuannya ketika ia ditanya, bisa menjawab. misalnya mau ke toko beli susu. Kalau ia keluar rumah tanpa tujuan, ketika ditanya, ia akan bingung…” kemana..ya..?” jadi tujuan hidup kita adalah beribadah kepada Allah Ta’ala.

2. Memahami nilai dunia dan nilai akhirat

Ada beberapa tipe orang dalam memandang nilai dunia dan nilai akhirat, antara lain:

a. Mengejar Dunia saja ( Nilai dunia lebih dari akhirat). Mungkin ini fenomena kehidupan orang kebanyakan, yang sudah hampir meninggalkan agama dan banyak yang tidak beragama. Hanya mengejar kesuksesan duniawi saja dan sudah tidak percaya dengan kehidupan akhirat nanti. Kadang uang dipandangnya sebagai tuhan.

b. Mengejar Akhirat saja. Sebagai contoh Sufi jaman dulu, sehari hari hanya untuk beribadah/hablu minallah, padahal manusia dituntut untuk hablu minannas, dan manusia harus memenuhi kebutuhan kemanusiaannya, seperti makan ,minum , bekerja, menikah, berkeluarga, bermasyarakat dan lain sebagainya. Rasulullah bahkan melarang sahabatnya yang puasa tidak berbuka, qiyamul lail tidak tidur dan membujang tidak menikah. Rasulullah utusan Allah yang sudah pasti dijamin masuk surga pun melakukan hal yang bersifat kemanusiaan.

c. Tidak mengejar dunia maupun harapan akhirat. Orang yang tipe seperti ini sangatlah tidak beruntung. didunia sengsara, akhirat pun terlupakan. Masih banyak tipe seperti ini di tanah air kita, yang data penduduknya terbanyak beragama islam. Adalah orang miskin yang kufur. Ia tetap dalam belenggu kemiskinan tapi tidak berusaha memperbaiki ibadahnya, tapi berteman dengan kekufuran.

d. Memandang dunia sebagai ladang amal dan akhirat sebagai tempat menuai hasil. Orang yang hidup di dunianya selalu beramal kebajikan, menjalankan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Jadi untuk hidup tenang di dunia kita fahami bahwa dunia adalah ladang amal, dan di akhirat nanti kita akan menuai hasil.

3. Syukur dan Sabar.

Jika kita selalu bersyukur dengan apa yang Allah berikan kepada kita, insyaAllah akan Allah tambahkan selalu kenikmatan. ” lain syakartum la aziidanakum wa la inkafartum inna adza bi lasyadid “

Kita bersyukur dengan yang ada pada kita, jangan berkeluh kesah dengan yang tidak ada pada kita. Misalnya kita kurang dari segi ekonomi, anak 3 tapi kendaraan hanya sepeda motor, tiba-tiba bertemu dengan kawan lama yang datang berkendaraan mobil kijang, tapi belum dikaruniai keturunan. Maukah satu anak ditukar dengan mobil kijang…??

Dan sabar adalah satu hal yang sangat mudah diucapkan dan dinasihatkan tetapi sangat sulit dilakukan. contoh: orang yang tertimpa musibah, pastilah harus bersabar dan selalu mendapatkan nasihat dari orang-orang disekelilingnya agar bersabar. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersabar. Allah selalu bersama orang-orang yang bersabar.

4, Tawakal sesudah Ikhtiar

Al Qur’an. Surah Al Maidah : 23, Orang yang beriman itu harus bertawakal kepada Allah, setelah ia berikhtiar/berusaha. Tidak membenci Allah bila usaha kita( apa yg kita kerjakan/lakukan/usahakan) hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita.

5. Memahami takdir dengan benar

Memahami takdir itu bukan hanya pasrah dan menyerah tanpa usaha. Jaman dahulau khalifah Umar bin Khaththab, pernah kan memasuki sebuah kampung dan melihat ada ‘endemi’ (penyakit menular) kemudian mengurungkan niatnya untuk masuk ke kampung tersebut. Umar mendapat kritikan dari seseorang bahwa umar tidak boleh lari dari takdir. Kata Umar, “Aku lari dari takdir ke takdir yang lain”

6. Menjaga keseimbangan, antara ruhani, akal dan jasmani.

Tawazun ( keseimbangan) baik manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, yang ada dalam diri manusia itu ada 3 unsur adalah jasad, akal dan ruh. Dimana 3 unsur ini harus diberi asupan yang seimbang. Jasad diberi makan yang halal dan baik. Akal selalu diasah dengan ilmu dan pengetahuan. Ruh pun harus senantiasa disiram agar senantiasa bersinar cemerlang, hati yang selalu bisa menerima kebenaran yang datang dari Allah Subhanawata’ala.

7. Pandangan terhadap harta

Dalam islam harta adalah milik Allah. Harta bukan hanya untuk hidup tapi juga sebagai alat untuk beribadah kepada Allah. Ada nasihat, “peganglah harta dengan tanganmu, jangan kau masukkan harta di hatimu”. Ketahuilah nanti di akhirat manusia akan ditanya, dari manakah hartanya didapatkan dan untuk apakah hartanya dibelanjakan.

Semoga bermanfaat buat pribadiku dan siapa saja yang membaca tulisan ini.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (٢٧) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (٢٨) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (٢٩) وَادْخُلِي جَنَّتِي (٣٠

“Wahai jiwa yang tenang ! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan di ridhai Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba Ku. Dan masuklah ke dalam surga Ku” Quran Surah Al Fajr: 27-30

Orang Beriman Pun Terkena Azab / Siksaan

Dalam Al-Qur’an, sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengingat-kan kepada kita bahwa adzab dan siksa Allah tidak khusus hanya menimpa orang-orang zhalim di antara kita. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :

 وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٢٥ 


" peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya" 
Dalam ayat diatas dijelaskan siksaan yang datang dari Allah terhadap orang dzalim tidak di khususkan kepada mereka, akan tetapi ketika azab sudah ditimpakan kepada orang orang dzalim maka orang orang mukmin pun akan terkena imbasnya.

Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan hadits dari Ummu Salamah, ia berkata bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

إِذَا ظَهَرَ الْمَعَاصِيْ فِيْ أُمَّتِيْ عَمَّهُمُ اللهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَمَا فِيْهِمْ يَوْمَئِذٍ أُنَاسٌ صَالِحُوْنَ؟ قَالَ: بَلَى. قُلْتُ: فَكَيْفَ يَصْنَعُ بِأُلَـئِكَ؟ قَالَ: يُصِيْبُهُمْ مَا أَصَابَ النَّاسُ ثُمَّ يَصِيْرُوْنَ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ

Artinya: “Jika timbul maksiat pada umatku, maka Allah akan menyebarkan adzab (siksa) kepada mereka. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah tidak ada pada waktu itu orang-orang shalih?” Beliau menjawab:”ada”. Aku bertanya lagi: “Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka?” Jawab beliau: “Allah akan menimpakan kepada mereka adzab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang melakukan maksiat, kemudian mereka akan mendapat ampunan dan keridhoan dari Robbnya.” (HR. Imam Ahmad)
Apabila suatu kaum sudah bermaksiat dan menentang perintah-perintah Allah serta mengkufuri nikmat-nikmat-Nya, terlebih lagi menyekutukan-Nya maka sungguh Allah akan menurunkan kehinaan dan kebinasaan kepada mereka baik kehinaan di dunia maupun kehinaan di akhirat. Lalu bagaimanakah dengan kita yang hidup di negeri ini, negeri yang banyak di jumpai di dalamnya kemaksiatan, kemungkaran dan penyelewengan-penyelewengan moral maupun penyelewengan material.
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا
 وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
Katakanlah:

"Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu
(gempa dahsyat, banjir bandang, angin yang membinasakan) 
atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan yang saling bertentangan dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. 
(perselisihan , sengketa , kerusuhan , demo , pertikaian)
Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami nya" Al An'aam : 65

Bersyukur Dan Beramal Mengharap Ridha Allah

Saudaraku, coba anda perhatikan diri anda, dari ujung rambut hingga ujung kaki, kemudian perluas pandangan anda ke segala yang ada di sekitar anda, dan selanjutnya perluas lagi hingga seluruh penjuru dunia yang dapat anda pandang. Sipakah yang telah menyiapkan semua itu untuk anda? 
Pernahkah terbesit tanya dalam benak anda, bagaimana seandainya salah satu kenikmatan dari yang anda saksikan tidak ada, kira-kira apa yang akan anda alami. Andai rambut yang menghiasi kepala anda, tidak tumbuh, bagaimana perasaan anda? Andai Allah tidak mengaruniakan nikmat mata, pendengaran, dan lainnya kepada anda, kira-kira bagaimana hidup anda? 
 
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ
"Katakanlah: 'Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati' Tetapi amat sedikit kamu bersyukur." (Qs. Al-Mulk: 23) 
Saudaraku! Anda pernah bekerja di suatu perusahaan atau istansi pemerintah? Seberapa besarkah penghargaan istansi atau perusahaan terhadap jasa yang anda berikan untuk mereka? Setiap hari mereka membeli 1/3 dari waktu, tenaga, pikiran dan berbagai potensi anda. 
Menurut anda, apakah gaji dan imbalan yang anda terima telah setimpal dengan jasa yang anda berikan kepada mereka? Saya yakin, anda merasa puas dan setimpal, karenanya anda mempertahankan pekerjaan anda. Dan bahkan mungkin anda telah membuat planing untuk mengabdikan jasa dan potensi anda kepada jabatan anda hingga umur pensiun. Bukankah demikian saudarku? 
Nah, coba bandingkan pengorbanan pengabdian anda kepada profesi dan jabatan anda dengan pengorbanan anda kepada Allah Ta'ala. Bagaimanakah hasilnya saudaraku? 
Mungkinkah anda dapat menikmati berbagai fasilitas yang anda dapatkan bila Allah mencabut satu kenikmatan-Nya dari anda? Mungkinkah anda kuasa merasakan kebahagiaan mendapatkan gaji yang besar, fasilitas mewah bila Allah mencabut nikmat udara, atau bahkan nikmat buang air besar dari anda? Padahal Allah Ta'ala telah menyiapkan kenikmatan lain yang tiada banding buat anda bila anda benar-benar mengabdi kepada-Nya selama hidup di dunia. 
Allah Ta'ala berfirman pada hadits qudsi :
 أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنَ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَر، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ (فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ) متفق عليه "
Aku telah siapkan untuk hamba-hambaku yang shaleh kenimmatan yang tiada mata yang pernah menyaksikannya, juga tiada telinga yang pernah mendengarnya, dan tiada pernah terbetik dalam hati manusia. " Bila kalian mau, silahkan baca firman Allah: "Tiada seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (Muttafaqun 'alaih) 
Setelah anda membandingkan dua hal di atas, masih tersisakah anggapan bahwa pengabdian diri kepada Allah secara utuh adalah suatu hal yang memberatkan ?
  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
 
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu." (Qs. Al Baqarah: 208) 
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dengan berkata: "Allah Ta'ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya dan percaya dengan para utusan-Nya, agar dengan sekuat daya dan upaya mereka mengamalkan seluruh simbol-simbul Islam, dan syari'atnya. Hendaknya mereka mengamalkan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan." 
Pendek kata : bukti keimanan anda kepada Allah Ta'ala ialah anda menjadikan kehidupan anda sebagai ladang untuk menyemai benih-benih kehidupan akhirat, bukan sebaliknya. Dengan cara inilah anda menjadi umat Islam sejati dan berhasil menggapai kejayaan dalam hidup.
بشر أمتي بالسناء والرفعة والتمكين في البلاد ما لم يطلبوا الدنيا بعمل الآخرة ، فمن طلب الدنيا بعمل الآخرة لم يكن له في الآخرة من نصيب. رواه أحمد والحاكم والبيهقي

 "Berilah umatku kabar gembira berupa kebahagiaan, kemuliaan dan kejayaan di dunia. Ini akan terwujud selama mereka tidak mengais kehidupan dunai dengan sara amalan akhirat. Barang siapa mengais kehidupan dunia dengan sarana amalan akhirat, niscaya kelak di akhirat ia tidak memiliki bagian (dari keberuntungan)." (Riwayat Ahmad, Al Hakim dan Al Baihaqi)

Tidak perlu kawatir, bila anda mengabdikan diri anda; pikiran, tenaga, waktu dan lainnya untuk Allah, niscaya Allah-pun membalas dengan setimpal. Jaminan hidup bahagian di dunia dan akhirat benar-benar terwujud untuk anda :

 مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الأَْخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِى حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِى الأَْخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ . الشورى  

"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat." (Qs. As Syura': 20)

Barang siapa yang pikirannya terpusat pada urusan akhirat, niscaya Allah akan menyatukan urusannya, menjadikan kekayaannya ada pada hatinya, dan kekayaan dunia akan menghampirinya dengan tunduk lagi mudah. Sedangkan barang siapa yang pikirannya terpusat pada urusan dunia, niscaya Allah akan mencerai-beraikan urusannya, kemiskinan selalu berada di depan matanya, dan tidak ada dari kekayaan dunia yang menghampirinya selain yang telah Allah tuliskan untuknya. Kesimpulannya, setiap rizqi yang telah dituliskan untuk seorang hamba pasti akan datang menghampirinya. Hanya saja barang siapa yang berjuang membangun kehidupan akhirat, niscaya rizkinya akan menghampirinya dengan begitu mudah. Sedangkan orang yang hanya berpikir mengejar keuntungan dunia, rizkinya hanya akan ia peroleh dengan penuh susah payah.

Dengan demikian orang yang berjuang membina kehidupan akhirat berhasil menggabung keuntungan dunia dan akhirat. Sedangkan tujuan utama dari mencari rizki adalah untuk dapat hidup dengan nyaman, dan itu benar-benar berhasil digapai oleh pejuang akhirat. Sedangkan pejuang dunia ditimpa kerugian di dunia dan akhirat, karena selama di dunia ia senantiasa menanggung kesusahan dalam upaya mencari harta. Bila demikian adanya, maka apalah gunanya harta benda bila pemiliknya tidak pernah merasakan kenyamanan?" Terlebih dari itu, ternyata Allah Ta'ala tidak pernah memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Bahkan sebaliknya, kedua kehidupan ini saling berkaitan, dengan prioritas yang berbeda. Kehidupan akhirat adalah primer dan menjadi akhir dari perjuangan hidup di dunia. Sedangkan kehidupan dunia ialah ladang penyemaian benih-benih kehidupan akhirat.

Karenanya, sangat tidak etis bila anda motifasi anda dalam menebar benih akhirat ialah untuk mendapatkan keuntungan dunia. Relah anda menebar beni padi guna mendapatkan jerami? Mungkinkah suatu saat anda membangun perusahaan hanya untuk mendapatkan limbah? Adapun berbagai janji Allah Ta'ala dan Rasul-Nya berupa kehidupan dunia yang layak dan keuntungan duniawi lainnya hanyalah sebatas motivasi tambahan. Karenanya, kelak di hari qiyamat, mereka hanya bisa menggigit jari, menyesali jasa baik mereka yang sirna bak debu yang berterbangan.

 مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ 

"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (Qs. Huud 15-16)

Karenanya kelak di hari qiyamat, akan ada orang-orang yang semasa hidup di dunia banyak bersedekah dan berinfak, akan tetapi karena motivasinya hanya ingin mendapatkan keuntungan dunia berupa kedudukan sosial belaka, atau balasan berupa tambahan harta dunia yang telah ada pada dirinya , maka ia termasuk orang-orang yang pertama kali dimasukkan ke dalam neraka dan merugilah dia. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya. Saya yakin anda tidak mendambakan keadaan yang demikian itu.


Saudaraku! semua itu menimpa mereka, karena mereka mengamalkan amalan tersebut hanya untuk mencari keuntungan dunia semata. singkat kata, tidak salah bila anda mengharapkan balasan dan keuntungan dunia atas amal ibadahi tidak benar bila and anda, akan tetapa menjadikannya sebagai motofasi utama atau satu-satunya harapan. Semoga uraian ringkas dan sederhana ini bermanfaat, dan semoga Allah melimpahkan istiqomah kepada kita semua.

Sabar, Bersabar dan Kesabaran

Selama nafas masih berhembus, jantung masih berdetak dan roda kehidupan terus berputar, tentu kita masih memiliki kesempatan. Apapun yang kita alami dalam kehidupan ini kejadian yang baik - baik dan kejadian yang buruk - buruk merupakan suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala. ketika hal tersebut sudah menjadi kepastian dan ketetapan yang harus terjadi maka tak ada satu pun yang mampu menghalau ketentuan tersebut tanpa seizinnya.Yang harus kita teguhkan adalah keimanan, keyakinan, tawakkal dan kesabaran untuk menghadapi semuaya. 

Kesabaran adalah hal yang amat dicintai Allah. Sabar merupakan akhlak yang paling asasi dalam ajaran Islam yang hanif, ia adalah pangkalnya akhlak, Kata sabar tertanam kokoh dalam kehidupan seluruh manusia. dalam menjalani segala sesuatu dalam hidup ini butuh kesabaran dalam mengontrol diri dengan semangat yang tinggi dan tekad yang bulat. Kesabaran telah merasuk dalam segala sisi kehidupan kita,   Kesempurnaan dunia dan akhirat hanya akan terwujud dengan kesabaran pada diri kita, hanya dapat dilengkapi dengan kesabaran. Membelenggu diri dalam ketaatan kepada ALLAH artinya selalu taat kepada perintah ALLAH. Membelenggu diri dari perbuatan maksiat artinya menutup pitnu dari perbuatan maksiat. Tanpa mengecilkan akhlak lainnya, kata sabar dalam Al-Qur’an disebut lebih dari 90 kali, sementara tidak ada akhlak lain yang disebut sebanyak itu.

Dalam Al-Qur’an kata ash-shabru lebih banyak disebut daripada kata ash-shidq (kejujuran), juga lebih banyak daripada amanah. Beberapa firman ALLAH tentang sabar :

Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah:153)

Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali ‘Imran:146) Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah:155)

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari.(Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (QS. Al-Ahqaaf : 35)

Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (QS. Asy-Syuura : 43)
Penghambaan seorang mukmin dalam kenikmatan adalah selalu bersyukur dan penghambaan dalam kesusahan adalah selalu bersabar. ALLAH Subhanahu Wata'ala berfirman dalam surat Luqmaan ayat 31 yang artinya: Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. (QS. Luqmaan:31) 
ALLAH SWT menggabungkan syukur dan sabar dalam satu ayat, karena dengan kedua hal itulah keimanan seorang hamba akan sempurna. Sikap sabar yg diwajibkan ALLAH atas kita adalah sabar yang baik, seperti dalam firman-NYA : Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. (QS. Al-Ma’arij: 5) 
Sabar yang baik adalah sabar tanpa diiringi dengan rasa gundah, gelisah dan penuh gerutu. Sabar harus dilakukan oleh lisan dan hati secara bersamaan. Barangsiapa yang ucapan lisannya sesuai dengan hatinya, maka dialah pemilik kesabaran yang baik “Shabrun Jamil”. Orang yang sabar akan terpancar di wajahnya tanda kepasrahan tidak bermasam muka, seakan-akan tidak ada apa pun yang menimpanya. Meskipun tidak berarti hatinya tidak terluka dan tidak menangis.

AT TAKAATSUR (BERMEGAH-MEGAHAN)

At Takaatsur : 1 - 8


أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (١) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (٢) كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (٣
ثُمَّ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (٤) كَلا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (٥
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (٦) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (٧
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (٨

  1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu ,
  2. Ssampai kamu masuk ke dalam kubur. 
  3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu, 
  4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. 
  5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, 
  6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, 
  7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin 
  8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan yang kamu megah-megahkan di dunia itu.  
At Takaatsur : 1 - 8

Doa Para Nabi

Doa Nabi Adam “ Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamana lanakunanna minal khosirin “ ( Artinya : Ya Allah , kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami tentulah kami menjadi orang yang rugi.

Doa Nabi Nuh “ Robbi inni audzubika an as alaka maa laisalli bihi ilmun wa illam tagfirli watarhamni akum minal khosirin “ (surat Hud; 47)

Artinya : Ya Tuhanku sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari sesuatu yang aku tidak mengetahui hakekatnya, dan sekiranya tidak Engkau ampuni dan belas kasih niscaya aku termasuk orang – orang yang merugi

Doa Nabi Ibrahim “ Robbana taqobal minna innaka anta sami’ul alim wa tub alaina innaka antat tawwaburrokhim “ (al baqarah; 128-129)

Artinya : Ya Tuhan kami terimalah amalan kami sesungguhnya Engkau maha mendengar dan Mengetahui, dan termalah taubat kami, sesungguhnya Engkau penerima taubat lagi Maha Penyayang. “

Robbi ja alni muqimas sholati wa min dzuriyyati, robbana wa taqobal doa, Robbannagh firli wa li wa li dayya wa li jamiil mukminina yauma yaqumul hisab “ (ibrahim ; 40 -41)


Artinya : "Ya Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku orang – orang yang tetap mendirikan sholat, ya Tuhanku perkenankanlah doaku , ya Tuhanku beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan seluruh orang mukmin, pada hari terjadinya hisab"

Doa Nabi Yunnus “ Lailaha illa anta subhanaka inni kuntum minadh dholimin “ (al anbiya;87)

Artinya : Tidak ada Tuhan Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku orang yang dholim Doa Nabi Zakariya “

Robbi latadzarni wa anta choirul warisin “ (an biya ; 89)

Artinya : Ya Allah janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri, sesungguhnya engkau pemberi waris yang paling baik “

Robbi habli miladunka duriyattan, thoyibatan innaka sami’ud du’a “ (ali imron;28)

Artinya : Ya Tuhan berilah aku seorang anak yang baik dari sisiMu, sesungguhnya Engkau maha pendengar


Doa Doa Nabi Musa “ Robis shrohli shodri wa ya shirli amri wah lul uqdatam mil lissani yah khohu khouli “ (Thoha ; )

 Artinya : Ya Tuhanku lapangkanlah dadaku, dan lancarkanlah lidahku serta mudahkanlah urusanku “

Robbi inni dholamtu nafsi fa firlhi “ (al qhosos ; 16)

Artinya : Ya Allah aku menganiaya diri sendiri, ampunilah aku “

Robbi Najjini minal qumid dholimin “ ( Artinya : Ya Tuhan lepaskanlah aku dari kaum yang dholim “


Robbi ighfirli wa li akhi wa adkhilna fi rohmatika, ya arhamar rokhimin “

Artinya : Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmatMu, dan Engkau Maha Penyayang diantara yang menyayangi

Doa Nabi Isa “ Robbana anzil alaina ma idatam minas samai taqunu lana idzal li awalina, wa akhirina, wa ayyatam minka war zukna wa anta khoiru roziqin “ ( al maidah ; 114)

Artinya : Ya Tuhanku turunkanlah pada kami hidangan dari langit, yang turunnya akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang – orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau, berilah kami rejeki dan Engkaulah pemberi rejeki yang paling baik.

Doa Nabi Syuaib : “ Robbana taf bainana, wa baina kaumina bil haqqi , wa anta khoirul fatihin “ (A araf; 89)

Artinya : Berilah keputusan diantara kami dan kaum kami dengan adil, Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik – baiknya.

Doa Nabi Ayyub : “ Robbi inni masyaniyad durru wa anta arhamur rohimin “

Artinya : Bahwasanya aku telah ditimpa bencana, Engkaulah Tuhan yang paling penyayang diantara penyayang.

Doa Nabi Sulaiman “ Robbi auzidni an askhuro ni’matakallati an amta allaya wa ala wa li dayya wa an a’mala sholikhan tardhohu wa ad khilni birrohmatika fi ibadikas sholikhin “ (an naml; 19)

Artinya : Ya Tuhan kami berilah aku ilham untuk selalu mensyukuri nikmatmu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan kepada kedua ibu bapakku dan mengerjakan amal sholeh yang Engkau ridloi, dan masukkanlah aku dengan rahmatMu kedalam golongan hamba-hambMu yang Sholeh.

Doa Nabi Luth “ Robbi naj jini wa ahli mimma ya’malun “

Artinya : Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari perbuatan yang mereka kerjakan “ Robbin surni alal kaumil mufsidin “ (assyu araa ; 169) Artinya : Ya Tuhanku tolonglah aku dari kaum yang berbuat kerusakan

Doa Nabi Yusuf “ Fatiros samawati wal ardli anta fiddunya wal akhiro tawwaffani musliman wa al hiqni bissholihin “ (yusuf ; 101)

Artinya : Wahai pencipta langit dan bumi Engkaulah pelindungku di dunia dan akhirat wafatkanlah aku dalam keadaan pasrah (islam), dan masukkanlah aku dengan orang – orang sholeh.

 Doa Nabi Muhammad “ Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hassanah wa qina adza bannar “ (hadist)

Artinya : Ya Tuhanku berikanlah aku kebaikan di dunia dan akhirat, dan jauhkanlah aku dari api neraka “

Robbana latuzig qullubana ba’daidz haddaitana wahabblana miladunka, rohmatan innaka antal wahab” (Ali Imron; 8)

Artinya : Ya Tuhanku janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk, dan berilah kami rahmat, sesungguhnya Engkau adalah dzat yang banyak pemberiannya.

Mengurangi Makan dan Tidur

Sebuah laku tirakat yang berlaku untuk seluruh makhluk hidup adalah puasa. Ulat agar bisa terbang menjadi kupu-kupu Ulat harus berpuasa terlebih dahulu. banyak hal yang dapat diraih melalui puasa. Orang-orang terdahulu tanpa mempermasalahkan sisi ilmiahnya aktivitas puasa telah berhasil mendapatkan segala daya kelebihan atau keistimewaan melalui puasa yang lazim disebut tirakat. 
Para spiritualis mendapatkan Wahyu / karomah maupun Wisik ( Petunjuk ghoib melalui puasa terlebih dahulu). Dan tradisi itu masih terus dilestarikan orang-orang zaman sekarang, Intinya sampai kapanpun orang tetap meyakini dengan mengurangi makan dalam hal ini adalah puasa, seseorang akan memperoleh inspirasi atau intuisi. Tradisi kita, ketika secara budaya sudah tiada lagi tempat untuk bertanya, melalui puasa seseorang bisa mendapatkan telinga yang baru dan ketika ia tak lagi mampu berkata, dengan puasa seseorang mampu memperoleh mulut yang baru. Secara logika, puasa adalah bentuk kesungguhan yang diwujudkan melalui melaparkan diri. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh saja yang sanggup melakukannya. 
Aktivitas ini jika ditinjau dari sisi ilmu batin, menunjukan bahwa kesungguhan memprogram niat itu yang akan menghasilkan kelebihan-kelebihan. Hati yang diprogram dengan singguh-sungguh akan menghasilkan seseuatu yang luar biasa. Karena itu dalam menempuh ilmu batin, aktivitas puasa mutlak dibutuhkan. Karena didalam puasa itu tidak hanya bermakna melaparkan diri semata. Lebih dari itu, berpuasa memiliki tujuan manonaktifkan nafsu syaithoni. Non aktifnya nafsu secara tidak langsung meninggikan taraf spiritual manusia, sehingga orang-orang yang berpuasa do'a nya makbul dan apa yang terusik dalam hatinya sering menjadi kenyataan. 
Menurut Imam Syafi'i dengan berpuasa seseorang terhindar dari lemah beribadah, berat badanya, keras hatinya, tumpul pikirannya dan kebiasaan mengantuk. Dari penyelidikan ilmiah puasa diyakini tidak hanya memiliki pengaruh terhadap kesehatan manusia akan tetapi juga memiliki pengaruh terhadap ketajaman mata batin karena kuatnya dalam mengurangi syahwat atau mengurangi tidur malam hari (al ayat). Bahkan burung hantu yang dilambangkan sebagai lambang ilmu pengetahuan pun disebabkan karena kebiasannya "Tafakur" pada malam hari. 
Memperbanyak tafakur malam hari menyebabkan seseorang memiliki "Mata Lebar", yaitu ketajaman dalam melihat dan membaca apa-apa yang tersirat dibalik kemisterian alam semesta ini. Bahkan ketika agama Islam datang pun membenarkan informasi sebelumnya yang dibawa oleh agama lain. Hanya Islam yang menginformasikan bahwa dengan ber-Tahajud ketika orang lain terlelap dalam tidur, menyebabkan orang itu akan ditempatkan Allah SWT pada tempat yang terpuji. 
Pada keheningan malam terdapat berbagai hikmah. Melawan "Nafsu" tidur menuju ibadah kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan dalam suasana hening itu konsentrasi mudah menyatu. Saat inilah Allah Subhanahu Wata'ala memberikan keleluasaan kepada hamba-hamba-Nya guna memohon apa saja yang diinginkan. Banyak para spiritualis yang memiliki keunikan dalam ilmu batin bukan karena banyaknya ilmu dan panjangnya amalan yang dibacanya, melainkan karena keistiqomahan dalam menjalankan perintah Allah Subhanahu Wata'ala dengan membiasakan diri tafakur dan beribadah pada malam hari, maka Allah SWT akan memberikan keberkahan dalam ilmu-ilmu-Nya.

Minggu, 19 Februari 2012

MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM


1. Penyebutan Manusia
Berbagai istilah digunakan untuk menunjukkan berbagai aspek kehidupan manusia diantaranya :
1) Aspek Historis penciptaannya,manusia disebut dengan Bani Adam Qs.Al-A’raf 7 : 31.
2) Aspek Biologis,manusia disebut dengan panggilan Basyar,yaitu mencerminkan sifat-sifat fisik kimia biologisnya Qs.Al-Mukminuun(23 ) : 33.
3) Dari aspek Kecerdasannya manusia disebut Insan, yakni makhluk terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan Qs.Ar-Rahmaam ( 55 ) : 3-4.
4) Dari aspek Sosiologisnya manusia disebut An-Nas, yang menunjukkan sifatnya berkelompok sesama jenisnya.
5) Aspek Posisinya, Abdun ( hamba ),yakni sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada Nya.
2. Aspek Historis Penciptaannya
Al-Quran tidak merinci secara kronologis penciptaan manusia menyangkut waktu dan tempatnya, namun Al-Quran menjelaskan titik-titik penting : dari titik manakah kehidupan itu bermula, ayat-ayat Al-Quran menegaskan bahwa asal-usul manusia ( bersifat ) air, Qs.Al-Anbiya’( 21 ) : 30.
Asal-usul kehidupan hewan Qs. An-Nur ( 24 ) : 45.
3. Komponen Biologis
Komponen –komponen pembentuk manusia :
1) Turaab,yaitu tanah gemuk, Qs.Kahfi ( 18 ) : 37.
2) Tiin, yaitu tanah lempung Qs.Sajdah ( 32 ) : 4
3) Tiinul Lazib, tanah lempung yang pekat Qs. As.Saffat ( 37 ) :8.
4) Salsaalun, lempung yang dikatakan Kalfakhkhar ( seperti tembikar ).
5) Salsalun min humain masnuun ( lempumg dari lumpur yang dicetak/diberi bentuk Qs.Al-Hijr ( 15 ) : 26.
6) Sulalatun min tiin, sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang dasarikan dari sesuatu yang lain.
7) Air, yang dianggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan Qs.Al-Furqan (25):45.
4. Reproduksi Keberadaan
Asal usul manusia dilihat dari sisi reproduksinya banyak sekali dijelaskan
Al-Qur’an misalnya: Manusia berasal dari Nutfatam (nutfatam min maniyyin yumna) atau setetes sperma yang ditumpahkan.
Nutfah, berarti sejumlah sangat kecil yang sering diartikan sebagai setetes air (Qs. Abasa 80:19)
5. Ruh dan Nafs
Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan manusia.
Firman Allah S.W.T :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tali, maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh ciptaanKu maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepada Ku” (As-shad : 38, 71-72)
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah Ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Al-Isra 17 : 85)
Ruh adalah getaran Ilahiyah yaitu getaran sinyal ketuhanan sebagaimana rahmat, nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasakan sentuhannya, tetapi sukar dipahami hakekatnya. Sentuhan getaran rohanian itulah yang menyebabkan manusia dapat mencera nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dsb.
Istilah Nafs banyak tersebar dalam Al-Qur’an. Istilah Nafs memiliki pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolah Nafs dapat dirasakan menyebar keseluruh bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan kumpulan dari bermilyar-milyar sel hidup yang saling berhubungan.
Nafs bekerja sesuai dengan bekerjanya sistem biologis manusia. Hubungan antara nafs dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui dengan pasti bagaimana hubungan itu berjalan. Dua hal yang berbeda, mental dan fisik dapat menjalin interelasi sebab akibat. Kesedihan dapat menyebabkan mata mengeluarkan siaran. Kesengsaraan membuat badan kurus. Dikenal pula istilah PSIKOMATIK, yaitu penyakit2 fisik yan disebabkan oleh masalah kejiwaan
6. Fitrah Manusia : Hanif dan Potensi akal, qalbu dan Nafsu.
Kata fitrah merupakan derivasi dari kata fatara, artinya ciptaan, suci dan seimbang. Louis ma’luf dalam kamus Al Munjud menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat yang ada pada setiap awal penciptaannya, sifat alami manusia, agama, sunnah.
Menurut Imam Al-Gazali, fitrah adalah kondisi dimana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan fikiran.
Dengan demikian fitrah dari segi bahasa dapat diartikan bagai kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran (hanif)
Manusia menurut pandangan kaum materialis “Manusia hanyalah sekepal tanah dibumi, dari bumi mereka berasal, dibumi mereka hidup, makan dan minum, berjalan, beraktivitas, setelah mati kembali menjadi tanah, tidak ada proses lagi, tidak ada keistimewaan manusia dibanding makhluk lainnya.
SIAPA MANUSIA ITU?
Manusia adalah ciptaan Allah yang paling besar, untuk itu terlebih dahulu id harus mengenal Nya. Kalau manusia itu sudah mengenal jiwanya pasti ia akan mengenal Tuhannya. Pernyataan ini identik dengan bunyi suatu kalimat :
“Barang siapa sudah mengenal jiwanya, maka ia akan mengenal Tuhannya”
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ( At-Tiin : 4 )
Manusia ditinjau dari susunan postulat tubuhnya adalah ciptaan Allah yang paling sempurna ditimbang makhluk hidup lainnya yang ada dimuka bumi.
Berangkai dari persepsi semacam itu maka eksistensi manusia balik yang bersifat ektern maupun intern selalu memperlihatkan kesempurnaan dari ciptaan yang begitu mendetail lewat gerakan anggota tubuhnya.
Manusia adalah makhluk yang tercipta berdasarkan ketentuan Allah, bukan secara kebetulan dan serampangan. Ia tercipta untuk tujuan tertentu bukan untuk kesia-siaan.
Walaupun manusia dinobatkan sebagai khalifah karena dikaruniai pemberian, mempunyai berbagai pengetahuan dan mampu menganalisa aspek-aspek penting dalam kekhalifahan dan mengkaji hukum-hukum alam, namun ia masih tergolong sebagai makhluk yang lemah, seringkali ditaklukan oleh hawa nafsu, dan tidak mengenal jiwanya.
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir. Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kesenangan, ia amat kikir” (Al-Ma’arij 19-21)
Manusia yang mengagumkan ini tercipta dan bermula dari tiada, lalu ia menciptakan dari debu ? dari setepul debu ini muncul keturunan bani Adam, Allah menciptakan manusia secara bertahab, mengalami beberapa fase perkembangan dan evolusi, dari debu menjadi sperma dan kemudian menjadi segumpal darah ? ini merupakan bukti kebesaran Allah.
Firman Allah S. Adz. Dzariyat : 20 – 21
Yang dimaksud manusia disini, ya manusia secara umum. Mereka diciptakan dari segumpal darah dengan jenis dan ras yang berbeda beda, tapi mereka mempunyai proses penciptaan yang sama, hal ini menunjukkan bahwa Allah mengistimewakan manusia, agar mereka ingat dan menyadari bahwa Dia telah memberikan kemuliaan, melindungi peranan dan menjunjung tinggi kedudukan mereka diantara makhluk-makhluk yang lain.
PROSES PENCIPTAAN ADAM
Allah menciptakan Adam berdasarkan kehendak dan Kekuasaan Nya. Proklamasi penciptaan manusia dari tanah kepada para Malaikat adalah merupakan kehormatan pertama yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Proklamasi tentang kelebihan dan karunia besar dari Allah untuk manusia. Apalagi setelah itu, Dia memproklamirkan bahwa Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada manusia ini. (Dlm QS Al-Hijr : 28-29)
Penobatan manusia sebagai khalifah di Bumi, adalah suatu kehormatan besar dari Allah sebagai penciptanya, sehingga Dia memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepada manusia. Yang lebih besar dari peristiwa inidan merupakan keistimewaan bagi manusia adalah ditiupkan Nya roh (ciptaan) Allah kedalam dirinya. Ini sebagai sinyalemen bahwa asal usul manusia itu suci, tercipta dari bahan yang berkualitas tinggi dan memiliki fitrah yang murni.
Kehormatan inilah yang merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi manusia yang diperoleh secara langsung dari Allah yang Maha Agung.
Sebagian kerangka dasar Penciptaan Manusia:
1. Untuk memperlihatkan dan membuktikan keadilan dan kekuasaan Allah, maka Dia ciptakan bumi sebagai tempat berpijak dan hidup manusia. Dia (Allah penuhi seluruh bekal kehidupan manusia sebelum berperan dibumi)
2. Sebagai perwujudan dari sifat keadilan dan kebijaksanaan Allah, Dia sempurnakan manusia sebelum turun keatas bumi. Adam tercipta sebagai bukti kelebihan dan kemutlakan dari kekuasaan Allah yang dari Nya terpantul kebesaran zat yang Maha Pencipta. Dalam penciptaan Adam terdapat berbagai macam pelajaran, kaca perbandingan yang mengandung beribu hikmah dimana kita lihat kelebihan Adam dan anak cucunya dalam berbagai aspek dan kita saksikan betapa Allah membedakannya dari makhluk yang lain:
a. Keistimewaan Adam yang diberikan oleh Allah terlihat pada saat Malaikat diperintahkan untuk bersujud kepadanya.
b. Kelebihan Adam nampak ketika ia diciptakan oleh Allah dengan kedua tangan Nya (yakni Kuasa Allah)
c. Bumi beserta isi alam semesta tunduk kepada Adam, agar ia boleh mengelola, merekayasa dan mengembangkan kehidupan manusia.
d. Adam memiliki potensi intelektual dan kemampuan berkreasi untuk mendatangkan hasil dari alam semesta ini demi kebaikan hidup didunia.
Hakekat dan Martabat manusia dalam Islam
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang misterius dan sangat menarik. Dikatakan misterius karena semakin dikaji semakin terungkap betapa banyak hal-hal mengenai manusia yang belum terungkapkan betapa banyak hal-hal mengenai manusia yang belum terungkapkan. Dan dikatakan menarik karena manusia sebagai subjek sekaligus sebagai objek kajian yang tiada henti-hentinya terus dilakukan manusia khususnya para ilmuwan. Oleh karena itu ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Didalam Al-Qur’an manusia disebut antara lain dengan
a. Bani Adam (Q.S. Al-Isra’:70)
b. Basyar (Q.S. Al-Kahfi: 10)
c. Al-Insan (Q.S. Al-Insan: 1)
d. An-Nas (Q.S. an- Anas (114):1)
Berbagai rumusan tentang manusia telah pula diberikan orang. Salah satu diantaranya, berdasarkan studi isi Al-Qur’an dan Al-Hadits, berbunyi (setelah disunting) sebagai berikut: Al-insan (manusia) adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman (kepada Allah), dengan mempergunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak (N.A Rasyid, 1983: 19)
Kelebihan Manusia Dari Makhluk Lainnya, Fungsi Dan Tanggung Jawab Manusia Dalam Islam
Bertitik tolak dan rumusan singkat itu, menurut ajaran Islam, manusia, dibandingkan dengan makhluk lain, mempunyai beberapa ciri utamanya adalah:
1. Makhluk yang paling unik, djadikan dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Firman Allah:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin:4)
Karena itu pula keunikannya (kelainannya dari makhluk ciptaan Tuhan yang lain) dapat dilihat pada bentuk struktur tubuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang terjadi pada setiap organ tubuhnya, proses pertumbuhannya melalui tahap-tahap tertentu.
Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya, ketergantungannya pada sesuatu, menunjukkan adanya kekuasaan yang berada diluar manusia itu sendiri. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah karena itu seyogyanya menyadari kelemahannya. Kelemahan manusia berupa sifat yang melekat pada dirinya disebutkan Allah dalam Al-Qur’an, diantaranya adalah:
a. Melampaui batas (QS. Yunus:12)
b. Zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, aniaya) dan mengingkari karunia (pemberian) Allah (QS. Ibrahim: 34)
c. Tergesa-gesa (QS. Al-Isra’:11)
d. Suka membantah (QS. Al-Kahfi:54)
e. Berkeluh kesah dan kikir (QS. Al-Ma’arij:19-21)
f. Ingkar dan tidak berterima kasih (QS. Al-‘Adiyat: 6)
Namun untuk kepentingan dirinya manusia ia harus senantiasa berhubungan dengan penciptanya, dengan sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan dengan alam sekitarnya.
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah. Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang berada di alam ghaib itu ditanyain Allah, sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an:
Artinya: “apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian? (para ruh itu menjawab) “ya, kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami”). (QS. Al-A’raf:172)
3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat:
Artinya: “tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat:56)
Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan manusia melalui dua jalur, jalur khusus dan jalur umum. Pengabdian melalui jalur khusus dilaksanakan dengan melakukan ibadah khusus yaitu segala upacara pengabdian langsung kepada Allah yang syarat-syaratnya, cara-caranya (mungkin waktu dan tempatnya) telah ditentukan oleh Allah sendiri sedang rinciannya dijelaskan oleh Rasul-Nya, seperti ibadah shalat, zakat, saum dan haji. Pengabdian melalui jalur umum dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang disebut amal sholeh yaitu segala perbuatan positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat, dilandasi dengan niat ikhlas dan bertujuan untuk mencari keridaan Allah.
4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal itu dinyatakan Allah dalam firman-Nya. Di dalam surat al-Baqarah: 30 dinyatakan bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Perkataan “menjadi khalifah” dalam ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang kekuasaan-Nya mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang diridhai-Nya di muka bumi ini (H.M. Rasjidi, 1972:71)
Manusia yang mempunyai kedudukan sebagai khalifah (pemegang kekuasaan Allah) di bumi itu bertugas memakmurkan bumi dan segala isinya. Memakmurkan bumi artinya mensejahterakan kehidupan di dunia ini. Untuk itu manusia wajib bekerja, beramal saleh (berbuat baik yang bermanfaat bagi diri, masyarakat dan lingkungan hidupnya) serta menjaga keseimbangan dan bumi yang di diaminya, sesuai dengan tuntunan yang diberikan Allah melalui agama.
5. Disamping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak. Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi muslim. Tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia dapat tidak dipercaya, tidak tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah, bahkan mengingkari-Nya, menjadi kafir. Karena itu di dalam Al-Qur’an ditegaskan oleh Allah:
Artinya: “Dan katakan bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barangsiapa yang mau beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang tidak ingin beriman, biarlah ia kafir.” (QS. Al-kahfi: 29)
Dalam surat Al-Insan juga dijelaskan:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus (kepada manusia), ada manusia yang syukur, ada pula manusia yang kafir.” (QS. Al-Insan: 3)
6. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an :
Artinya: “Setiap orang terikat (bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.” (QS. At-Thur: 21)
7. Berakhlaq. Berakhlaq adalah ciri utama manusia dibanding mahkluk lain. Artinya manusia adalah makhluk yang diberikan Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk. Dalam islam kedudukan akhlaq sangat penting, ia menjadi komponen ketiga dalam Islam. Kedudukan ini dapat dilihat dalam sunah yang menyatakan bahwa beliau diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia yang mulia.
Dari ungkapan Al-Qur’an itu jelaslah bahwa manusia berasal dari zat yang sama yaitu tanah. Pada kesempatan lain Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia diciptakan dari air(mani) yang terpencar dari tulang sulbi(pinggang) dan tulang dada (QS. At-Thariq: 6-7), begitu juga segala sesuatu (alam).
Dan dalam masa 40 hari mani yang telah terpadu, berangsur menjadi darah segumpal. Untuk melihat contoh peralihan berangsur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam yang sedang dierami induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, didalam rahim bunda kandung, itulah “qararin makin”, tempat yang terjamin terpelihara.
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu itu diapun bertukar rupa menjadi segumpal darah. Ketika ibu telah hamil setengah bulan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si ibu, pendingin, pemarah, berubah-ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia berangsur membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus hingga berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persediaan air yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.
Mulanya hanya sekumpul tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki dan tangan dan seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging. Pada saat itu dianugerahkan kepadanya “ruh”, maka bernafaslah dia. Dengan dihembuskan nafas pada sekumpulan tulang dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi manusia. (Dudung Abdullah; 1994: 3)
Tentang ruh (ciptaan-Nya) yang ditiupkan kedalam rahim wanita yang mengandung embrio yang terbentuk dari saripati (zat) tanah itu, hanya sedikit pengetahuan manusia, sedikitnya juga keterangan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalam ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan sujud(Al-Hijr(15): 28-29). Yang dimaksud “dengan bersujud” dalam ayat ini bukanlah menyembah, tapi memberi penghormatan.
Al-Qur’an tidak memberi penjelasan tentang sifat ruh. Tidak pula ada larangan didalam Al-Qur’an untuk menyelidiki ruh yang ghaib itu, sebab penyelidikan tentang ruh, mungkin berguna, mungkin pula tidak berguna. Dalam hubungan dengan masalah ruh ini, Tuhan berfirman dalam surat Al-Isra’: 85
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah (kepada mereka) bahwa ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit” (Mahmud Syalhut, 1980: 116)
Dari uraian singkat mengenai asal manusia itu dapatlah diketahui bahwa manusia, menurut agama Islam, terdiri dari 2 unsur yaitu unsur materi dan unsur immateri. Unsur materi adalah tubuh yang berasal dari air tanah. Unsur immateri adalah ruh yang berasal dari alam ghaib. Proses kejadian manusia itu secara jelas disebutkan dalam Al-Qur’an (dan Al-Hadits) yang telah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah oleh Maurice Bucaile dalam bukunya Bibel, Qur’an dan Sains Modern terjemahan H.M. Rasjidi (1978)
Al-Qur’an yang mengungkapkan proses kejadian manusia itu antara lain terdapat didalam surat Al-Mu’minun ayat 12-14(sebagaimana dikutip pada halaman 25), secara ringkas adalah :
1) Diciptakan dari saripati tanah (sulalatin min thin), lalu menjadi
2) Air mani (nutfhah disimpan dalam rahim), kemudian menjadi
3) Segumpal darah (alaqah), diproses
4) Kami jadikan menjadi segumpal daging (mudhghah)
5) Tulang belulang (‘idhaman)
6) Dibungkus dengan daging (rahman).
7) Makhluk yang (berbentuk) lain (janin?). (Q.S. Al-Mukminun; 12-14)
8) Ditiup roh (dari Allah) pada hari yang ke 120 usia kandungan
9) Lalu lahir sebagai bayi (Q.S. Al-Hajj; 5)
10) Dia jadikan pendengaran, penglihatan dan hati (Q.S. An-Nahl; 78)
11) Tumbuh anak-anak, lalu dewasa, tua (pikun) (Q.S. Al-Hajj; 5)
12) Kemudian mati (Q.S. Almukminun; 15)
13) Dibangkit (dari kubur) di hari kiamat (Q.S. Al-Mukminun; 16)
Melalui sunahnya, Nabi Muhammad menjelaskan pula proses kejadian manusia, antara lain dalam hadits berbunyi sebagai berikut:
Artinya : “Sesungguhnya, setiap manusia dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai muthfah (air mani), empat puluh hari sebagai ‘alaqah (segumpal darah) selama itu pula sebagai mudhgah (segumpal daging). Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh (ciptaan) Allah ke dalam tubuh (janin) manusia yang berada dalam rahim itu (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari ungkapan Al-Qur’an dan Al-Hadits yang dikutip diatas, kita dapat mengetahui bahwa ketika masih berbentuk janin sampai berumur 4 bulan, embrio manusia belum mempunyai ruh. Ruh itu ditiupkan kedalam janin setelah janin itu berumur 4 bulan (3 x 40 hari). Namun, dari teks atau nash itu dapat dipahami kalau orang mengatakan bahwa kehidupan itu sudah ada sejak manusia berada dalam bentuk nuthfah (H.M. Rasjidi, 1984: 5)
Dari proses kejadian dan asal manusia menurut Al-Qur’an itu, Ali Syari’ati, sejarawan dan ahli sosiologi Islam, yang dikutip oleh Mohammad Daud Ali, mengemukakan pendapatnya berupa interpretasi tentang hakikat penciptaan manusia. Menurut beliau ada simbolisme dalam penciptaan manusia dari tanah dan dari ruh (ciptaan) Allah. Makna simbiolisnya adalah, manusia mempunyai 2 dimensi (bidimensional) : dimensi ketuhanan, dan dimensi kerendahan atau kehinaan. Makhluk lain hanya mempunyai satu dimensi saja (uni-dimensional).
Dalam pengertian simbiolis, lumpur (tanah) hitam, menunjuk pada keburukan, kehinaan yang tercemin pada dimensi kerendahan. Disamping itu, dimensi lain yang dimiliki manusia adalah dimensi keilahian yang tercemin dari perkataan ruh (ciptaan)-Nya itu. Dimensi ini menunjuk pada kecenderungan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, mencapai asaluruh (ciptaan) Allah dan atau Allah sendiri.
Karena hakekat penciptaan inilah maka manusia pada suatu saat dapat mencapai derajat yang tinggi, tetapi pada saat yang lain dapat meluncur ke lembah yang dalam, hina dan rendah. Fungsi kebebasan manusia untuk memilih, terbuka baik kejalan Tuhan maupun sebaliknya, kejurang hinaan. Kehormatan dan arti penting manusia, dalam hubungan ini, terletak dalam kehendak bebas (free will)nya untuk menentukan arah hidupnya.
Hanya manusialah yang dapat menentukan tuntutan dan sifat nalurinya, mengendalikan keinginan dan kebutuhan fisiologisnya untuk berbuat baik atau jahat, patuh atau tidak patuh kepada hukum hukum Tuhan.
Dari uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari jiwa dan raga, berwujud fisik dan ruh (ciptaan) Allah. Sebagai makhluk illahi hidup dan kehidupannya berjalan melalui 5 tahap, masing-masing tahap tersebut “alam” yaitu :
1) Di alam ghaib (alam ruh atau arwah)
2) Di alam rahim
3) Di alam dunia (yang fana ini)
4) Di dalam barzakh dan
5) Di alam akhirat (yang kekal = abadi) yakni alam tahapan terakhir hidup dan kehidupan (ruh) manusia.
Dari kelima tahapan kehidupan manusia itu, tahap kehidupan ketiga yakni tahap kehidupan di dunia merupakan tahap kehidupan yang menentukan (melalui iman, taqwa, amal dan sikap) nasib manusia dalam tahap-tahap kehidupan selanjutnya (4 dan 5) dan keempatnya diakhirat nanti.
Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang manusia, bahkan manusia adalah makhluk pertama yang disebut dua kali dalam rangkaian wahyu pertama (Q.S. Al-Alaq: 1-5). Di satu sisi manusia sering mendapat pujian Tuhan. Dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain, ia mempunyai kapasitas yang paling tinggi (Q.S. Hud: 3), mempunyai kecenderungan untuk dekat kepada Tuhan melalui kesadarannya tentang kehadiran Tuhan yang terdapat jauh di alam sadarnya (Q.S. Ar-Rum: 43). Manusia diberi kebebasan dan kemerdekaan serta kepercayaan penuh untuk memilih jalannya masing-masing (Q.S. Al-Ahzab: 72; Al-Ihsan : 2-3)
Ia diberi kesadaran moral untuk memilih mana yang baik mana yang buruk, sesuai dengan hati nuraninya atas bimbingan wahyu (Q.S. Asy-Syams(91):7-8). Manusia dimuliakan Tuhan dan diberi kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk lain (Q.S. Al-Isra:70), diciptakan Tuhan dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tiin(95):4)
Namun disisi lain, manusia ini juga mendapat celaan Tuhan, amat aniaya dan mengikari nikmat (Q.S. Ibrahim: 34), sangat banyak membantah (Q.S. Al-Hajj: 67) dan kelemahan lain yang telah disebut didepan. Dengan mengemukakan sisi pujian dan celaan tidak berarti bahwa ayat-ayat Al-Qur’an bertentangan satu sama lain, tetapi hal itu menunjukkan potensi manusiawi untuk menempati tempat terpuji, atau meluncur ke tempat tercela.
Al-Qur’an seperti telah disebut di muka, menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya (Q.S. Sad: 71-72). Dengan “tanah” manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk-makhluk lain sehingga butuh makanan, minuman, hubungan kelamin, dan sebagainya. Dengan ruh (ciptaan) Tuhan, ia diantar kearah tujuan non materi yang tidak terbobot, tidak bersubstansi dan tidak dapat diukur di laboratorium, tidak dikenal oleh alam materi.
Sebenarnya masih banyak lagi kajian tentang manusia,uraian diatas hanya sebagian kecil tentang manusia yaitu ditinjau dari kacamata Islam,pantaslah istilah diatas mengatakan “Kenalilah dirimu maka engkau akan kenal siapa Tuhanmu.”