Saudaraku, coba anda perhatikan diri anda, dari ujung rambut hingga
ujung kaki, kemudian perluas pandangan anda ke segala yang ada di
sekitar anda, dan selanjutnya perluas lagi hingga seluruh penjuru dunia
yang dapat anda pandang. Sipakah yang telah menyiapkan semua itu untuk
anda?
Pernahkah terbesit tanya dalam benak anda, bagaimana seandainya salah
satu kenikmatan dari yang anda saksikan tidak ada, kira-kira apa yang
akan anda alami. Andai rambut yang menghiasi kepala anda, tidak tumbuh,
bagaimana perasaan anda? Andai Allah tidak mengaruniakan nikmat mata,
pendengaran, dan lainnya kepada anda, kira-kira bagaimana hidup anda?
قُلْ هُوَ الَّذِي
أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا
تَشْكُرُونَ
"Katakanlah: 'Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati' Tetapi amat sedikit kamu bersyukur."
(Qs. Al-Mulk: 23)
Saudaraku! Anda pernah bekerja di suatu perusahaan atau istansi
pemerintah? Seberapa besarkah penghargaan istansi atau perusahaan
terhadap jasa yang anda berikan untuk mereka?
Setiap hari mereka membeli 1/3 dari waktu, tenaga, pikiran dan berbagai
potensi anda.
Menurut anda, apakah gaji dan imbalan yang anda terima telah setimpal
dengan jasa yang anda berikan kepada mereka?
Saya yakin, anda merasa puas dan setimpal, karenanya anda mempertahankan
pekerjaan anda. Dan bahkan mungkin anda telah membuat planing untuk
mengabdikan jasa dan potensi anda kepada jabatan anda hingga umur
pensiun. Bukankah demikian saudarku?
Nah, coba bandingkan pengorbanan pengabdian anda kepada profesi dan jabatan anda dengan pengorbanan anda kepada Allah
Ta'ala. Bagaimanakah hasilnya saudaraku?
Mungkinkah anda dapat menikmati berbagai fasilitas yang anda dapatkan
bila Allah mencabut satu kenikmatan-Nya dari anda? Mungkinkah anda kuasa
merasakan kebahagiaan mendapatkan gaji yang besar, fasilitas mewah bila
Allah mencabut nikmat udara, atau bahkan nikmat buang air besar dari
anda?
Padahal Allah Ta'ala telah menyiapkan kenikmatan lain yang tiada banding
buat anda bila anda benar-benar mengabdi kepada-Nya selama hidup di
dunia.
Allah Ta'ala berfirman pada hadits qudsi :
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا
لاَ عَيْنَ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ
بَشَر، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ (فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ
لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ) متفق
عليه
"
Aku telah siapkan untuk hamba-hambaku yang shaleh kenimmatan yang tiada
mata yang pernah menyaksikannya, juga tiada telinga yang pernah
mendengarnya, dan tiada pernah terbetik dalam hati manusia. " Bila
kalian mau, silahkan baca firman Allah: "Tiada seorangpun mengetahui apa
yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang
menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan." (Muttafaqun 'alaih)
Setelah anda membandingkan dua hal di atas, masih tersisakah anggapan
bahwa pengabdian diri kepada Allah secara utuh adalah suatu hal yang
memberatkan ?
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaithan.
Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu." (Qs. Al Baqarah:
208)
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dengan berkata:
"Allah Ta'ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya dan
percaya dengan para utusan-Nya, agar dengan sekuat daya dan upaya mereka
mengamalkan seluruh simbol-simbul Islam, dan syari'atnya. Hendaknya
mereka mengamalkan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan."
Pendek kata : bukti keimanan anda kepada Allah Ta'ala ialah anda
menjadikan kehidupan anda sebagai ladang untuk menyemai benih-benih
kehidupan akhirat, bukan sebaliknya. Dengan cara inilah anda menjadi
umat Islam sejati dan berhasil menggapai kejayaan dalam hidup.
بشر أمتي بالسناء والرفعة والتمكين في البلاد ما لم يطلبوا الدنيا بعمل
الآخرة ، فمن طلب الدنيا بعمل الآخرة لم يكن له في الآخرة من نصيب. رواه
أحمد والحاكم والبيهقي
"Berilah umatku kabar gembira berupa kebahagiaan, kemuliaan dan
kejayaan di dunia. Ini akan terwujud selama mereka tidak mengais
kehidupan dunai dengan sara amalan akhirat. Barang siapa mengais
kehidupan dunia dengan sarana amalan akhirat, niscaya kelak di akhirat
ia tidak memiliki bagian (dari keberuntungan)." (Riwayat Ahmad, Al Hakim
dan Al Baihaqi)Tidak perlu kawatir, bila anda mengabdikan diri anda; pikiran, tenaga, waktu dan lainnya untuk Allah, niscaya Allah-pun membalas dengan setimpal. Jaminan hidup bahagian di dunia dan akhirat benar-benar terwujud untuk anda :
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الأَْخِرَةِ
نَزِدْ لَهُ فِى حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ
مِنْهَا وَمَا لَهُ فِى الأَْخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ . الشورى
"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat." (Qs. As Syura': 20)
Barang siapa yang pikirannya terpusat pada urusan akhirat, niscaya Allah akan menyatukan urusannya, menjadikan kekayaannya ada pada hatinya, dan kekayaan dunia akan menghampirinya dengan tunduk lagi mudah. Sedangkan barang siapa yang pikirannya terpusat pada urusan dunia, niscaya Allah akan mencerai-beraikan urusannya, kemiskinan selalu berada di depan matanya, dan tidak ada dari kekayaan dunia yang menghampirinya selain yang telah Allah tuliskan untuknya. Kesimpulannya, setiap rizqi yang telah dituliskan untuk seorang hamba pasti akan datang menghampirinya. Hanya saja barang siapa yang berjuang membangun kehidupan akhirat, niscaya rizkinya akan menghampirinya dengan begitu mudah. Sedangkan orang yang hanya berpikir mengejar keuntungan dunia, rizkinya hanya akan ia peroleh dengan penuh susah payah.
Dengan demikian orang yang berjuang membina kehidupan akhirat berhasil menggabung keuntungan dunia dan akhirat. Sedangkan tujuan utama dari mencari rizki adalah untuk dapat hidup dengan nyaman, dan itu benar-benar berhasil digapai oleh pejuang akhirat. Sedangkan pejuang dunia ditimpa kerugian di dunia dan akhirat, karena selama di dunia ia senantiasa menanggung kesusahan dalam upaya mencari harta. Bila demikian adanya, maka apalah gunanya harta benda bila pemiliknya tidak pernah merasakan kenyamanan?" Terlebih dari itu, ternyata Allah Ta'ala tidak pernah memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Bahkan sebaliknya, kedua kehidupan ini saling berkaitan, dengan prioritas yang berbeda. Kehidupan akhirat adalah primer dan menjadi akhir dari perjuangan hidup di dunia. Sedangkan kehidupan dunia ialah ladang penyemaian benih-benih kehidupan akhirat.
Karenanya, sangat tidak etis bila anda motifasi anda dalam menebar benih akhirat ialah untuk mendapatkan keuntungan dunia. Relah anda menebar beni padi guna mendapatkan jerami? Mungkinkah suatu saat anda membangun perusahaan hanya untuk mendapatkan limbah? Adapun berbagai janji Allah Ta'ala dan Rasul-Nya berupa kehidupan dunia yang layak dan keuntungan duniawi lainnya hanyalah sebatas motivasi tambahan. Karenanya, kelak di hari qiyamat, mereka hanya bisa menggigit jari, menyesali jasa baik mereka yang sirna bak debu yang berterbangan.
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ
يُبْخَسُونَ أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ
النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ
يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (Qs. Huud 15-16)
Karenanya kelak di hari qiyamat, akan ada orang-orang yang semasa hidup di dunia banyak bersedekah dan berinfak, akan tetapi karena motivasinya hanya ingin mendapatkan keuntungan dunia berupa kedudukan sosial belaka, atau balasan berupa tambahan harta dunia yang telah ada pada dirinya , maka ia termasuk orang-orang yang pertama kali dimasukkan ke dalam neraka dan merugilah dia. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya. Saya yakin anda tidak mendambakan keadaan yang demikian itu.
Saudaraku! semua itu menimpa mereka, karena mereka mengamalkan amalan tersebut hanya untuk mencari keuntungan dunia semata. singkat kata, tidak salah bila anda mengharapkan balasan dan keuntungan dunia atas amal ibadahi tidak benar bila and anda, akan tetapa menjadikannya sebagai motofasi utama atau satu-satunya harapan. Semoga uraian ringkas dan sederhana ini bermanfaat, dan semoga Allah melimpahkan istiqomah kepada kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar