“Dan bagi setiap orang ada
memiliki arah yang dituju ke arah mana dia menghadapkan wajahnya. Maka
berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada
pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” ( Q.S Al Baqarah : 148 )
Di dalam ayat ini Allah telah
menyatakan bahwa merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim supaya
tegak dan teguh dalam melakukan kebaikan. dan tidak hanya sekedar maju
dalam kebaikan, tetapi terus berupaya juga untuk saling mendahului satu
dengan yang lain di dalam hal kebaikan. Sebab kebaikan itulah yang
diantaranya membuat kita sebagai orang-orang yang paling baik.
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ-
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”. (Q.S 98:7)
Dalam hal antusiasme dalam kebaikan
kita bisa melihat bagaimana para sahabat Rasulullah saw. Dalam satu
riwayat dikatakan bahwa pada suatu saat para sahabah yang kurang dari
segi harta hadir di hadapan Rasulullah saw dalam corak mengadu dan
mengeluh, “Ya Rasulullah! sebagaimana kami melakukan salat seperti
itulah orang-orang kaya melakukan salat. Sebagaimana kami melakukan
puasa seperti itu pulalah orang-orang yang kaya melakukan puasa juga.
Sebagaimana kami berjihad, seperti itu pulalah orang-orang kaya
melakukan jihad. Tetapi ya Rasulullah ada pekerjaan lebih yang mereka
kerjakan. Mereka memberikan sedekah dimana kami yang karena
ketidakmampuan kami tidak dapat melakukan itu. Beritahukanlah kepada
kami suatu metode yang dengan melakukan itu kami dapat menutupi
kekurangan itu.” Beliau saw bersabda, “Setiap selesai salat bacalah
subhanallah 33 kali dan 33 kali alhamdulillah dan 34 kali allahu akbar"
Sahabah ini sangat gembira bahwa
kini ia dapat setarap dalam kebaikan-kebaikan dengan para hartawan.
Mereka mulai mengamalkan sesuai dengan cara ini, tetapi sesudah beberapa
hari orang-orang kaya juga mengetahui akan cara ibadat seperti itu dan
mereka juga mulai membaca tasbih dan pujian seperti itu. Sahabah ini
kembali hadir di hadapan Rasulullah saw lalu mereka mengeluh dan mengadu
bahwa para orang kayapun kini mulai melakukan amal seperti ini juga dan
mereka menyusul kami. Jadi Rasulullah saw bersabda bahwa apabila Allah
memberikan taufik pada seseorang untuk melakukan kebaikan maka
bagaimana saya bisa mencegahnya.
Jadi perhatikanlah bagaimana
semangatnya mereka untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Diantara mereka
banyak terdapat para pebisnis, para hartawan, tetapi dengan adanya
perintah Allah ‘berlombalah dalam kebaikan-kebaikan’ maka sedemikian
rupa mereka berlomba melakukan amal baik itu sehingga sama sekali tidak
ada batasnya.
Kemudian perhatikanlah,
bagaimana Allah menghargai kebaikan-kebaikan mereka baik secara
personal sebagai individu, muapun berjemaah atau kedua-duanya. Allah
memberikan pada mereka sedemikian banyak berkah dan rahmat.
Jadi sebagaimana dalam hadis ini
di bawah kekuatan daya pensucian Rasulullah saw para sahabah, baik dia
itu seorang yang kaya atau miskin mereka berupaya untuk mendahului satu
sama lain dalam puasa, jihad, sedekah-sedekah dan segala bidang
kebaikan mereka berupaya berlomba satu dengan yang lain dalam kebaikan.
Mereka juga merupakan
sosok-sosok yang menunaikan haququllah dan haququl’ibaad. Dengan
membelanjakan harta mereka sebagai sedekah mereka mengkhidmati
makhluk-makhluk Allah. Maka sebagaimana antusiasme para sahabat dalam
hal berlomba-lomba dalam kebaikan maka kitapun dituntut untuk
memperlhatkan semangat yang sama.
Kemudian apa yang dimaksud
dengan haququl’ibaad? Yaitu Berbuat baik pada keluarga dan kerabat
dekat. Kemudian dari itu yang paling utama adalah menuanaikan hak-hak
istri dan demikian pula istri-istri menunaikan hak suami-suami, suami
istri menunaikan hak-hak keluarga dari kedua belah pihak, memperhatikan
orang-orang miskin
Fastabiqul khoiroot adalah keistimewaan Islam
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
diantara setiap agama mempunyai keistimewaan-keistimewaan menonjol
tetapi disana juga terdapat perbedaan bahwa agama-agama lain hanya
menyeru orang kepada kebaikan, tetapi Islam menyeru kepada perlombaan.
Pertama, adalah lakukanlah kebaikan dan kemudian berlombalah dalam
kebaikan-kebaikan dan berupayalah satu dengan yang lain untuk saling
menyusul dalam kebaikan. Disini Allah menggunakan kata perlombaan yang
di dalamnya kendati tidak didapatkan arti kata cepat dan segera. Sebab,
dari segi lughat andaikata dua orang berjalan lambat sekalipun tetapi
satu dengan yang lain, saling mendahului maka mereka telah melakukan
perlombaan. oleh sebab disini terdapat perintah bagi setiap orang untuk
berlomba. Kini jika seorang dengan upayanya dia menyusul maka untuk
yang lainpun terdapat juga perintah bahwa diapun juga harus menyusul ke
depan. Maka apabila dia akan menyusul duluan dari itu maka akan
timbul upaya orang yang duluan untuk menyusul lebih depan. Jadi oleh
karena kepada setiap orang terdapat perintah untuk terdepan dalam
kebaikaan-kebaikan, maka dengan demikian akan timbul sebuah perlombaan
dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Sebagaimana riwayat yang telah
diterangkan diawal tadi bahwa para sahabah sangat risau bahwa kenapa si
fulan mendahului kami.
Jadi, menjadi kewajiban bagi
setiap mukmin bahwa sesuai dengan ajaran itu kita harus lebih maju dalam
kebajikan-kebajikan dan berupaya untuk menuju kepada posisi di depan.
Dan melakukan kebaikan dengan segenap kemampuan dan bakat kita dalam
melakukan kebaikan-kebaikan. Di dalam diri setiap orang Allah telah
meletakkan berbagai kemampuan yang berbeda. Sekurang-kurangnya
seyogianya setiap orang berbuat sesuai dengan itu. Allah tidak
mengatakan bahwa kalian harus mencapai segenap kebaikan dalam satu
loncatan dan mencapai segenap standar yang tinggi kebaikan. Dia
berfirman bahwa kesuksesan kamu terdapat di dalam upaya kamu yang
terus menerus mengayunkan langkah-langkah kalian dalam kebaikan.
Langkah kalian janganlah terputus. Kalian terus meninggalkan
keburukan-keburukan itu di belakang dan kalian terus maju dalam
kebaikan-kebaikan. Dan kemudian setiap orang lihatlah kepada
orang-orang yang lebih banyak kebaikan-kebaikannya, lihatlah ke arah
orang yang melakukan kebaikan. Inilah perintah yang dari mana akan
timbul ruh perlombaan.
Dan dan yang tidak kalah penting
disamping untuk saling mendahului dalam kebaikan-kebaikan, kita juga
harus saling membantu satu sama lain. Seorang apabila sampai pada
martabat kebaikan-kebaikan maka berupayalah juga untuk membawa yang
lain bersamanya, sebab terdapat juga perintah bahwa apa yang kamu sukai
untuk dirimu sukailah itu juga untuk orang lain. Jadi dengan demikian
akan timbul suasana lomba dalam kebaikan-kebaikan. Dan sambil melihat
satu dengan yang lain akan bangkit gairat untuk melakukan kebaikan,
yang di dalamnya tidak akan ada rasa hasad dan iri. Tidak akan ada upaya
untuk menimpakan kerugian pada orang lain,tetapi akan bangkit upaya
untuk melakukan kebaikan.
Bagaimana bentuk kebaikan yang paling baik?
Berkenaan dengan Rasulullah saw
tertera dalam sebuah hadis bahwa beliau bersabda, kebaikan yang terbaik
adalah kebaikan yang manusia lakukan dengan tekun berada di dalamnya.
Kondisi yang bercorak “pulang pergi” bukanlah yang hakiki bahkan itu
merupakan pertanda orang sakit. Sebagaimana seorang yang berpenyakit
gila tidak waras manakala dia tertawa maka dia akan terus tertawa dan
apabila mulai menangis maka akan terus menangis,dan apabila mulai makan
maka akan terus makan, jika dia tidur maka akan terus tidur dan jika
mulai sadar atau jaga maka sampai berminggu-minggu ia tidak akan
mengantuk. Di dalam semua perkara itu keinginannya tidak ikut campur
dan dia tidak dapat dihukum karena suatu tidakannya. Tidak akan ada yang
menanyakan padanya bahwa kenapa dia tertawa dan menangis
Demikian pula dalam kondisi
keruhanian pada manusia datang waktu-waktu yang sedemikian rupa yang
apabila karena pengaruh sesuatu dari luar atau akibat terjadi
kekurangan pada sel saraf atau otak maka akan menyampaikan suatu
kondisi khusus pada puncaknya. Jika dia mulai melakukan salat maka dia
akan shalat terus menerus, tetapi beberapa hari kemudian dia tinggalkan
shalat sama sekali. Dari itu jelas bahwa dia melakukan salatnya bukanlah
merupakan indikator meningkatnya kondisi keruhanianya. Sebab jika demi
untuk Tuhan dia melakukan salat maka dia tidak akan meninggalkannya. Itu
merupakan sebuah penyakit sebagaimana adanya penyakit banyak makan dan
penyakit banyak tidur. Demikian pula bisa ada penyakit banyak melakukan
salat- salat.
Jadi kebaikan itu bukanlah
kebaikan yang dilakukan untuk beberapa waktu sampai kelewat batas lalu
dia tinggalkan. Tetapi kebaikan itu hendaknya dilakukan dengan tekad
yang teguh, yang didalamnya terdapat keistiqomahan. Jadi lakukanlah
kebaikan sesuai dengan kemampuan dan teruslah melangkah maju di
dalamnya. Lakukanlah dengan dawam dan istiqamah.
Nasehat-nasehat Rasulullah dalam Berbuat baik
Rasulullah saw dalam berbagai
riwayat telah menarik perhatian kita untuk melakukan beragam kebaikan
bahwa bagaimana supaya kebaikan kebaikan-kebaikan itu mendatangkan
keridhoan Allah taala. Beberapa hadis akan kami sampaikan disini.
Abu Ayyub r.a meriwayatkan bahwa
seorang memohon kepada Rasulullah saw bahwa beritahukanlah resep pada
saya yang dapat membawa saya ke surga. Beliau bersabda beribadahlah pada
Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan siapapun. Lakukanlah salat
berjamaah, bayarlah zakat, dan jalinlah ikatan silaturrahmi dengan
keluarga dan berbuat baiklah dengan mereka.
Jadi syarat pertama untuk
seorang mukmin adalah jangan menyekutukan Tuhan dengan siapapun.
Janganlah pekerjaan, bisnis, dinas, istri, anak, dan hubungan-hubungan
dunia dapat menjadi penghalang dalam hubungan dengan Allah. Jangan
menjadi penghalang dalam mengamalkan hukum-hukum Allah dan sesudah itu
perintah yang paling penting adalah laksanakanlah shalat dan bayarlah
zakat. Disamping zakat melakukan pengorbanan harta (infaq fi sabilillah)
juga merupakan satu perintah dari perintah -perintah yang mendasar. Di
awal Al-Quran, Allah – sesudah kalimat
وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
berfirman: وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (mereka menafkahkan
sebagian dari yang Allah rezekikan keada mereka). mereka itulah
orang-orang mumin, merekalah orang-orang yang ikut bergabung dalam
lomba melakukan amal-amal baik yang dari itu mereka membelanjakan harta
mereka dijalan Allah yang Allah taala berikan kepada mereka.
Kemudian bersabda jalinlah
ikatan tali silaturrahmi dan berbuat baiklah pada keluarga.
Perhatikanlah mereka dan perhatikanlah juga perasaan-perasaan mereka dan
perhatikanlah pula keperluan-keperluan mereka.
Kemudian tertera dalam sebuah
riwayat bahwa Muaz r.a meriwayatkan bahwa saya memohon pada Rasulullah
saw bahwa beritahukanlah pada saya amal yang dapat membawa saya ke
surga dan menjauhkan saya dari neraka, beliau bersabda bahwa kamu
menanyakan hal yang sangat sulit. Tetapi jika Allah menganugerahkan
taufik maka ini akan menjadi mudah juga. Bersabda: Beribadahlah engkau
kepada Allah, janganlah menyekutukan siapapun dengan-Nya, laksanakanlah
salat, bayarlah zakat dengan teratur, berpuasalah di bulan ramadhan
dan jika ada bekal maka lakukanlah haji ke Baitullah; jika ada izin,
fasilitas-fasilitas juga ada dan aman juga maka lakukanlah haji.
Dengarlah, puasa adalah merupakan tameng untuk terhindar dari dosa-dosa.
Sedekah sedemikian rupa memadamkan api dosa sebagaimana air memadamkan
api. Salat pada pada pertengahan malam adalah merupakan faktor untuk
meraih ganjaran yang besar. Kemudian beliau membaca ayat ini تَتَجَافَى
جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ -Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya
untuk melaksanakan salat tahajjud, (Assajdah 16. Kemudian beliau
bersabda: ‘Akar agama adalah Islam. Tiangnya adalah salat dan puncaknya
adalah jihad. Dan berkenaan dengan ringkasan semua agama beliau sambil
memegang lidah beliau sambil bersabda ‘tahanlah ini!
Riwayat ini memang hampir sama
dengan riwayat pertama tadi, yakni, puasa di bulan Ramadhan dan haji.
Kemudian oleh sebab di dalam diri beliau terdapat rasa antusiasme untuk
menyuruh umat beliau memilih jalan yang lurus dan untuk menegakkan
kebaikan – kebaikan karena itu banyak lagi hal- hal atau perkara
perkara kebaikan yang beliau sendiri jelaskan dengan seterang-terangnya.
Bahwa puasa melindungi kamu dari dosa-dosa, sedekah dan pengorbanan
harta melindungi kamu dari api neraka, melakukan shalat tahajjud menjadi
faktor meraih pahala yang sangat besar. Kemudian beliau memberitahukan
bahwa puncaknya adalah jihad. Dan untuk konteks zaman sekarang jihad itu
adalah jihad melawan hawa nafsu, menahan diri dari keburukan –
keburukan lalu tetap tegak pada kebaikan – kebaikan, bahkan disini
maksudnya adalah jihad saling berlomba satu dengan yang lain dalam
kebaikan –kebaikan, jihad adalah jihad pengorbanan harta, jihad
membungkam mulut lawan–lawan Islam dengan dalil-dalil.
Kemudian ringkasan agama yang
beliau sabdakan adalah ucapkanlah senantiasa kalimah-kalimah yang baik,
berilah ajaran yang baik. Janganlah pernah menyakiti seseorang dengan
lidah kalian, dan janganlah menyakiti perasaan seseorang dengan
mengatakan kata-kata yang pahit. Sebab perkataan kalian sendirilah yang
membawa kalian ke dalam neraka.
Tertera dalam sebuah riwayat
bahwa Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda bahwa
ada lima hak orang muslim pada orang Muslim lainnya. Menjawab salam,
menjenguknya jika dia sakit, jika meninggal maka ikut dalam acara
jenazahnya, menerima undangannya dan jika dia bersin lalu mengatakan
alhamdulillah maka jawabannya adalah membaca doa yarhamukallah.
Ada satu hal yang lebih dalam
satu riwayat bahwa apabila engkau menemuinya maka katakanlah salam
padanya dan jika dia meminta musyawarah yang baik padamu maka berilah
musyawarah penuh rasa simpati dan berilah padanya musyawarah yang baik.
Jadi, inilah merupakan cara
untuk mengembangkan kebaikan dan cara maju dalam perlombaan yang
Rasulullah saw telah ajarkan kepada kita. Jika itu direnungkan maka
lihatlah dengan mengamalkan hal-hal itu akan lahir masyarakat yang
indah, yang merupakan masyarakat yang hanya terdiri dari orang-orang
yang melakukan kebaikan. Yang merupakan masyarakat yang menyebarkan
kebaikan, yang merupakan masyarakat yang maju dalam kebaikan-kebaikan.
Dimana mereka satu dengan yang lain saling mendoakan, dan mereka satu
dengan yang lain saling memberikan musyarawarah yang berasas pada rasa
simpati dan memberikan musyawarah yang baik. Sambil menggandeng tangan
orang yang terbelakang dalam kebaikan-kebaikan untuk ikut serta bersama
mereka.
Kemudian tertera dalam sebuah
riwayat bahwa bersumber dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw
bersabda: Barangsiapa yang utama dalam suatu kebaikan di jalan Allah
maka dia akan dipanggil masuk ke dalam surga melalui pintu kebaikan
itu. Dia akan dipanggil, hai hamba Allah! pintu ini adalah lebih baik
bagimu masuklah melalui ini. Jika dia merupakan orang yang istimewa
dalam perihal salat maka dia akan dipanggil dari pintu salat. Jika dia
istimewa dalam perihal jihad maka dia akan dipanggil melalui pintu
jihad. Jika dia istimewa dalam perihal puasa maka dari pintu puasa dan
jika dia istimewa dalam sedekah maka dia akan dipanggil dari pintu
sedekah. Mendengar sabda Rasulullah saw ini Abu bakar bertanya, hai
Rasul Allah ! ibuku berkurban untukmu barangsiapa yang dipanggil dari
suatu pintu maka dia tidak mementingkan pintu yang lain lagi, tetapi
mungkin kemudian akan ada yang bernasib mujur yang akan mendengar
suara yang memanggilnya dari semua pintu ? Beliau bersabda: Ya, dan saya
mengharapkan bahwa kamupun termasuk dari antara orang yang bernasib
mujur itu.
Jadi inilah sikap dan keinginan
orang yang berlomba dalam kebaikan-kebaikan yang sejati bahwa kiranya
mereka masuk dari setiap pintu. Dan seyogianya harus berupaya supaya
semua kebaikan dilakukan. Sebab di sebuah hadis yang lain ada juga
tertera bahwa neraka jahannam juga mempunyai beberapa pintu dan
pintu-pintu jahannam dapat menjadi penghalang bagi orang-orang yang
berdosa untuk masuk ke dalam surga.
Kemudian tertera dalam sebuah
riwayat bahwa ada seorang datang dihadapan Rasulullah saw dan berkata:
Hai Rasul Allah! sedekah apa yang paling besar dari segi ganjaran?
Beliau bersabda: sedekah yang paling besar adalah bahwa kamu memberikan
sedekah dalam keadaan kamu sehat dan kamu perlu terhadap harta dan kamu
dalam keadaan sangat menginginkan sekali. Pada saat takut pada
kemiskinan dan mengingikan kesejahteraan. Janganlah kamu berlama-lama
untuk melakukan sedekah sedemikian rupa sehingga nyawa berada di
tenggorokan lalu kamu mengatakan bahwa saya akan memberikan si fulan
dan si fulan sekian. Padahal kini harta itu bukan lagi milik kalian itu
kini telah menjadi milik si fulan. Yakni orang yang meninggal sudah
tidak punya wewenang lagi atas hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar